reii ArLuneRz

create your own banner at mybannermaker.com!
Cute Christmas Bear
Tampilkan postingan dengan label Tugas Filsafat MIPA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tugas Filsafat MIPA. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Desember 2010

Beda Asumsi dan Probabilitas

TUGAS
FILSAFAT MIPA





Reiny.F.Wantania
09 310 261
Pend.Kimia / A




JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
Di TONDANO
2010

ASUMSI
Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak.
Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelekutal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu obyek sebelum melakukan penelitian. Sebuah contoh asumsi yang baik adalah pada Pembukaan UUD 1945: “ …kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..” “…penjajahan diatas bumi…tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Tanpa asumsi-asumsi ini, semua pasal UUD 1945 menjadi tidak bermakna.
Apakah suatu hipotesis merupakan asumsi? Ya, jika diperiksa ke belakang (backward) maka hipotesis merupakan asumsi. Jika diperiksa ke depan (forward) maka hipotesis merupakan kesimpulan. Untuk memahami hal ini dapat dibuat suatu pernyataan: “Bawalah payung agar pakaianmu tidak basah waktu sampai ke sekolah”. Asumsi yang digunakan adalah hujan akan jatuh di tengah perjalanan ke sekolah. Implikasinya, memakai payung akan menghindarkan pakaian dari kebasahan karena hujan.
Dengan demikian, asumsi menjadi masalah yang penting dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan menggunakan asumsi akan berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Bahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompati suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau bahkan hampa fakta atau data.

Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal, antara lain :
• Aksioma, yaitu pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktikan sendiri.
• Postulat, yaitu pernyataan yang dimintakan persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya Premise. Pangkal pendapat dalam suatu entimen.



Pertanyaan penting yang terkait dengan asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi secara tepat? Untuk menjawab permasalahan ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga karakteristik (Junjung, 2005):
1. Deterministik
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dahulu.
2. Pilihan Bebas
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan bebas, semua tergantung ruang dan waktu.
3. Probabilistik
Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministik dengan peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern, karakteristik probabilitas ini lebih banyak dipergunakan. Dalam ilmu ekonomi misalnya, kebenaran suatu hubungan variabel diukur dengan metode statistik dengan derajat kesalahan ukur sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variabel dicoba diukur kondisi deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran statistiknya kurang dari 95% berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-sifat deterministik menurut kriteria ilmu ekonomi.

Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat, permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada pada diri sendiri (peneliti) apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan, sekiranya menyangkut hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik. Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan bebas. Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probabilistik merupakan jalan tengahnya.
Ilmuwan melakukan kompromi sebagai landasan ilmu. Sebab ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal hakiki dalam kehidupan. Karena itu; Harus disadari bahwa ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak.
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan, dimana keputusan itu harus didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relative. Jadi, berdasarkan teori-teori keilmuan, tidak akan pernah didapatkan hal pasti mengenai suatu kejadian. Yang didapatkan adalah kesimpulan yang probabilistik, atau bersifat peluang.
Seberapa banyak asumsi diperlukan dalam suatu analisis keilmuan? Semakin banyak asumsi berarti semakin sempit ruang gerak penelaahan suatu obyek observasi. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat analistis, yang mampu menjelaskan berbagai kaitan dalam gejala yang ada, maka pembatasan dalam bentuk asumsi yang kian sempit menjadi diperlukan.

Bagaimana cara mengembangkan asumsi ini?
Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin ilmu. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis Asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang seharusnya”. Jadi asumsi harus bersifat das sein bukan das sollen. Asumsi harus bercirikan positif, bukan normatif. Lebih lanjut mengenai asumsi dan ontologi, ontologi adalah esensi dari fenomena, apakah fenomena merupakan hal yang bersifat objektif dan terlepas dari persepsi individu atau fenomena itu dipandang sebagai hasil dari persepsi individu.
Mengenai hal ini, ada dua asumsi yang berbeda:
• Nominalime : kehidupan sosial dalam persepsi individu tak lain adalah kumpulan konsep–kosep baku, nama dan label yang akan mengkarakteristikkan realitas yang ada. Intinya, realita dijelaskan melalui konsep yang telah ada.
• Realisme : kehidupan sosial adalah merupakan kenyataan yang tersusun atas struktur yang tetap, tidak ada konsep yang mengartikulasikan setiap realita tersebut dan realita tidak tergantung pada persepsi individu.
Sebagai misal secara khusus dalam metodologi ilmu sosial, terdapat dua asumsi berbeda dalam membicarakan tentang sifat masyarakat sosial. Asumsi ini sangat penting dalam menentukan pendekatan terhadap masalah–masalah yang berhubungan dengan konflik, perubahan dan pemaksaan dalam masyarakat.



Asumsi yang berbeda ini tercermin dalam dua teori :
• Order : Asumsi ini lebih diterima secara umum oleh para ahli ilmu sosial.
Dalam pendekatan yang menggunakan asumsi ini, masyarakat memiliki sifat :
- Relatif stabil.
- Terintegrasi dengan baik.
- Elemen dari masyarakat itu memiliki fungsi masing–masing dan saling berkoordinasi.
- Struktur sosial tercipta berdasarkan konsensus, bukan pemaksaan (coercion )

• Konflik
Dalam pendekatan yang menggunakan asumsi ini, masyarakat memiliki sifat :
- Mengalami perubahan di banyak aspek
- Mengalami konflik di banyak aspek.
Setiap elemen dari masyarakat memiliki kontribusi ke arah disintegrasi
Perbedaan order versus konflik ini cenderung ditinggalkan dan digantikan oleh regulation (regulasi) versus radical change (perubahan radikal). Pandangan yang bersifat regulasi lebih terkait pada bagaimana masyarakat cenderung menjadi sebuah kesatuan dan adanya kebutuhan akan regulasi. Pandangan perubahan radikal berfokus kepada bagaimana terciptanya perubahan radikal, konflk, dominasi dan kontradiksi. Penelaahan suatu ilmu pengetahuan sosial yang mengkaji permasalahan dalam masyarakat, terlebih entitas lokal, perlu menggunakan pilihan asumsi yang tepat. Bidang kajian ilmu ekonomi pembangunan perlu melihat kondisi aspek kemasyarakatan secara detil. Kesalahan penggunaan asumsi akan memberikan dampak negatif bagi obyek penelitian, yaitu masyarakat dari obyek pengetahuan tersebut. Dengan demikian, kebijakan sebagai langkah akhir dari penelitian mengenai proses pembangunan masyarakat tersebut menjadi bias dan tidak tepat.










PROBABILITAS / PELUANG
Probabilitas adalah peluang suatu kejadian. Kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi di masa mendatang dapat dihitung dalam suatu ukuran yang berupa angka peluang.
Probabilitas atau dalam bahasa Indonesia sering di artikan kemungkinan adalah konsep dasar yang biasanya dipelajari pada awal-awal perkualiahan statistic.
Probabilitas adalah suatu ukuran tentang kemungkinan bahwa suatu peristiwa (event) dimasa mendatang akan terjadi. Probabilitas hanya mempunyai nilai antara 0 sampai 1.
Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik.
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Probabilitas merupakan salah satu konsep yang sering kita gunakan untuk mendeskripsikan realitas di dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, aplikasinya tidaklah terbatas hanya pada percakapan keseharian tersebut, namun juga mencakup wilayah konversasi yang lebih serius dan refleksif, yaitu sains. Dengan kata lain, probabilitas acapkali digunakan sebagai perangkat eksplanasi ilmiah. Hal ini seolah-olah dijustifikasi oleh Carl Hempel, salah satu filsuf sains utama pada abad 20, ketika dalam karya monumentalnya, Philosophy of Natural Science, mengakui adanya dua jenis wujud hukum yang berperan di dalam eksplanasi ilmiah, yaitu hukum yang universal (laws of universal form) dan hukum yang probabilistik (laws of probabilistic form).
Mari kita perhatikan keterangan dari Hempel berikut ini, “scientific hypotheses in the form of statistical probability statements can be, and are, tested by examining the long-run relative frequencies of the outcomes concerned, and the confirmation of such hypotheses is then judged, broadly speaking, in terms of the closeness of the agreement between hypothetical probabilities and observed frequencies.”
Konsepsi probabilitas sebagai ekspresi kontingensi tidaklah memberikan implikasi semacam itu. Tidaklah bertentangan dengan klaim kontingensi jika objek yang dianggap kontingen itu amat jarang muncul atau bahkan tidak muncul sama sekali dalam aktualitas kehidupan. Seorang theis bisa mengatakan, “mujikzat itu mungkin akan dialami oleh saya,” dan meyakininya secara valid walaupun hingga ajalnya ia tidak pernah menikmati mujikzat tersebut. Dengan kata lain, benar-salahnya suatu klaim kontingensi itu tidak ditentukan oleh jumlah aktualisasi dari posibilitas yang ada. Konsepsi ini tentang probabilitas bukannya tidak memiliki kemampuan prediksi sama sekali, hanya saja yang ia bisa berikan adalah prediksi negatif belaka (tentang apa yang tidak akan terjadi), bukan prediksi positif (tentang apa yang akan terjadi).
Probabilitas yang dipahami oleh Hempel di atas merupakan pemahaman probabilitas yang umum dipakai di dalam eksplanasi ilmiah. Akan tetapi, sebagaimana telah diuraikan tadi, pada pemahaman semacam itu probabilitas memiliki muatan ontologis yang berbeda daripada yang dimiliki oleh konsep probabilitas yang umum digunakan di dalam matematika, yaitu kontingensi. Perbedaan itu sendiri tidak harus menjadi masalah apabila muatan ontologis yang berbeda itu – yang memungkinkan dilakukannya prediksi positif – dapat dipertanggungjawabkan di hadapan akal sehat.
Apa kiranya isi muatan itu? Yang pasti ia berada di luar struktur necessity-contingency. Konsep probabilitas di sini tidak dapat dikatakan sebagai ekspresi kontingensi belaka. Yang ditegaskan lebih “kuat” daripada kontingensi, karena ada kriteria actuality yang menjadi syarat. Akan tetapi, ia juga bukanlah ekspresi necessity, mengingat deviasi secara acak selalu dimungkinkan. Jadi, ketika dikatakan di sini bahwa probabilitas a terhadap b adalah 7/10 atau 70 %, yang dimaksud bukanlah bahwa relasi kontingen antara a dan b adalah 70 persen daripada totalitas relasi kontingen yang dimiliki antara a dan b. Lalu apa? Tampaknya yang paling masuk akal untuk dimaksud oleh klaim itu adalah bahwa antara a dan b terdapat tendensi untuk berelasi sebesar 70 persen.
Framework “tendensi” ini hanya dapat sungguh-sungguh menjadi intelligible ketika setiap objek dipandang sebagai person, yaitu entitas yang memiliki karakter dan kapasitas reflektif (tak peduli seberapa minimnya). Karakter menerangkan stabilitas dari pola-pola relasi pada entitas itu; stabilitas yang diekpresikan oleh term “tendensi,” dan refleksivitas menjelaskan terjadinya sejumlah penyimpangan dari pola-pola tersebut. Singkatnya, framework “tendensi” merupakan turunan dari apa yang Wilfred Sellar namakan the framework of persons. Kalau analisis ini memang tepat, maka tidak bisa dipungkiri bahwa konsep probabilitas yang ada di benak Hempel itu mengimplikasikan komitmen ontologis terhadap ontologi person tersebut.
Yang krusial untuk diperhatikan adalah bahwa komitmen ontologis terhadap the framework of persons itu tidak dapat disandingkan secara koheren dengan komitmen terhadap struktur necessity-contingency. Ironi dari proposal Hempel di awal tulisan ini akan dua jenis hukum ilmiah (hukum universal dan hukum probabilistik) ialah bahwa, sebagaimana kita bisa lihat sekarang, yang sesungguhnya diajukan adalah tuntutan terhadap kita untuk memilih satu di antara dua skema ontologi yang masing-masing terbuka untuk diambil. Ontologi persons juga punya nilai survivalitas. Sellar bahkan melihat skema ontologis inilah yang diakrabi pertama kali oleh manusia dalam menghadapi dunia, sehingga ontologi itu ia namakan the original image.[8] Soal akuntabilitas klaim-klaim yang diturunkannya, usaha limitasi empiris ala Hempel dan Popper dapat dilihat sebagai wujud upaya refinery atas ontologi itu.
Meskipun demikian, refinery empiris semacam itu sesungguhnya tidaklah cukup, bahkan tidak relevan, bagi setiap eksplanasi, termasuk eksplanasi probabilistik, yang mengandalkan the framework of persons itu. Yang menjadi tuntutan esensial dari muatan ontologis yang terkandung pada eksplanasi semacam itu adalah keterangan akan tujuan (purpose) apa yang dilayani oleh si objek eksplanasi melalui “aksi”-nya. Eksplanasi berdasarkan ontologi persons dengan sendirinya adalah eksplanasi melalui struktur belief-desire. Konsekuensi ini, ketika disadari, akan menimbulkan problem yang amat besar bagi penggunaan klaim-klaim probabilitas yang berbasis ontologi persons itu, karena pembicaraan tentang “tujuan” yang hendak dicapai oleh suatu objek seperti dadu melalui gerak dan kondisi akhirnya merupakan objek spekulasi yang hanya pantas untuk dilakukan oleh para occultist; para penganut keyakinan akan hantu dan alam gaib. Tak heran jika di antara anggota komunitas ilmiah, pembicaraan itu sudah lama ditetapkan sebagai tidak relevan, tidak pantas, bahkan memalukan, untuk dilakukan. Tetapi, dengan menggunakan eksplanasi probabilistik, yang memiliki muatan ontologis yang berbeda dari posibilitas, komunitas ilmiah tanpa disadari justru sedang menjerumuskan dirinya ke dalam konversasi yang selevel dengan konversasi akan “makhluk-makhluk gaib” itu. Untungnya, keterjerumusan itu bukanlah suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh ilmu pengetahuan. Ia hanya perlu meninggalkan konsep probabilitas yang selama ini populer dipakai; yang berbasiskan ontologi persons.
Probabilitas adalah peluang terjadinya sebuah peristiwa. Biasanya probabilitas dinyatakan dalam pecahan seperti 1/2, 1/3, ¼ ataupun dalam bentuk decimal seperti 0,25, 0,50 ataupun 0,75. Rentangan probabilitas antara 0 sampai dengan 1. Jika kita mengatakan probabilitas sebuah peristiwa adalah 0, maka peristiwa tersebut tidak mungkin terjadi. Dan jika kita mengatakan bahwa probabilitas sebuah peristiwa adalah 1 maka peristiwa tersebut pasti terjadi.
Contoh yang paling sering digunakan dalam menerangkan tentang konsep probabilitas adalah pelemparan mata uang. Jika kita melempar mata uang, maka kemungkinan sisi depan untuk muncul sama dengan kemungkinan munculnya sisi belakang. Dengan demikian, probabilitas munculnya sisi depan adalah 1/2 atau 0,5 dan demikian pula dengan sisi belakang. Akan tetapi jika kita mengambil satu kartu dari satu set kartu bridge yang berjumlah 52, maka kemungkinan terambilnya satu kartu adalah 1/52.
Dua hal yang harus dipahami dalam konsep probabilitas adalah mutually exclusive dan collectively exhaustive. Mutually exclusive adalah peristiwa yang terjadi terpisah satu sama lain. ketika kita melempar uang logam, maka hanya ada satu sisi yang memiliki kemungkinan untuk muncul. Karena itulah kemungkinan munculnya sisi belakang atau sisi depan disebut mutually exclusive. Akan tetapi jika ada lebih dari satu kemungkinan untuk munculnya sebuah peristiwa maka hal itu disebut collectively exhaustic.








Kesimpulan
Dari Pembahasan tadi dapat diambil beberapa kesimpulan :
• Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu obyek sebelum melakukan penelitian.
• Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
• Probabilitas, peluang atau kebolehjadian adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Konsep ini telah dirumuskan dengan lebih ketat dalam matematika, dan kemudian digunakan secara lebih luas dalam tidak hanya dalam matematika atau statistika, tapi juga keuangan, sains dan filsafat.




DAFTAR ISI
sutanto.staff.uns.ac.id/category
karunia.blogspot.com
lucky-luqman.blogspot.com
pemikiranislam.multiply.com
ahmad.sofyan.web.id
tantikris.wordpress.com
statistikpendidikanii.blogspot.com
mazumam.doscom.org
amrull4h99.wordpress.com
id.wikipedia.org/wiki/Probabilitas

Minggu, 24 Oktober 2010

Sejarah Kimia

TUGAS FILSAFAT MIPA
“SEJARAH KIMIA”






Disusun Oleh :
Reiny Wantania
09310261
Pend.Kimia




JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
Di TONDANO
2010

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih dan penyertaan-Nya, sehingga penyusun masih diberi kemampuan untuk menyelesaikan tugas ini.
Dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam penyusunan tugas ini.
Penyusun mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat, serta menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang Kimia.
Akhirnya, penyusun menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penyusun menerima dan membuka hati untuk segala saran dan kritik demi kesempurnaan tugas ini.

Tondano, Maret 2010

Penyusun


BAB I. PENDAHULUAN
Kimia berasal dari bahasa Arab كيمياء yang berarti seni transformasi dan bahasa Yunani χημεία khemeia yang berarti alkimia. Kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom.
Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.

BAB II. ISI
Sejarah Kimia
Ilmu kimia secara sejarah merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia. Kimia modern dimulai oleh kimiawan Perancis Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794). Ia menemukan hukum kekekalan massa dalam reaksi kimia, dan mengungkap peran oksigen dalam pembakaran. Berdasarkan prinsip ini, kimia maju di arah yang benar.
Sebenarnya oksigen ditemukan secara independen oleh dua kimiawan, kimiawan Inggris Joseph Priestley (1733-1804) dan kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele (1742-1786), di penghujung abad ke-18. Jadi, hanya sekitar dua ratus tahun sebelum kimia modern lahir. Dengan demikian, kimia merupakan ilmu pengetahuan yang relatif muda bila dibandingkan dengan fisika dan matematika, keduanya telah berkembang beberapa ribu tahun.
Namun alkimia, metalurgi dan farmasi di zaman kuno dapat dianggap sebagai akar kimia. Banyak penemuan yang dijumpai oleh orang-orang yang terlibat aktif di bidang-bidang ini berkontribusi besar pada kimia modern walaupun alkimia didasarkan atas teori yang salah. Lebih lanjut, sebelum abad ke-18, metalurgi dan farmasi sebenarnya didasarkan atas pengalaman saja dan bukan teori. Jadi, nampaknya tidak mungkin titik-titik awal ini yang kemudian berkembang menjadi kimia modern. Berdasarkan hal-hal ini dan sifat kimia modern yang terorganisir baik dan sistematik metodologinya, akar sebenarnya kimia modern mungkin dapat ditemui di filosofi Yunani kuno. Jalan dari filosofi Yunani kuno ke teori atom modern tidak selalu mulus. Di Yunani kuno, ada perselisihan yang tajam antara teori atom dan penolakan keberadaan atom. Sebenarnya, teori atom tetap tidak ortodoks dalam dunia kimia dan sains. Orang-orang terpelajar tidak tertarik pada teori atom sampai abad ke-18. Di awal abad ke-19, kimiawan Inggris John Dalton (1766-1844) melahirkan ulang teori atom Yunani kuno. Bahkan setelah kelahirannya kembali ini, tidak semua ilmuwan menerima teori atom. Tidak sampai awal abad 20 teori atom, akhirnya dibuktikan sebagai fakta, bukan hanya hipotesis. Hal ini dicapai dengan percobaan yang terampil oleh kimiawan Perancis Jean Baptiste Perrin (1870-1942). Jadi, perlu waktu yang cukup panjang untuk menetapkan dasar kimia modern. Akar ilmu kimia dapat dilacak hingga fenomena pembakaran. Api merupakan kekuatan mistik yang mengubah suatu zat menjadi zat lain dan karenanya merupakan perhatian utama umat manusia. Adalah api yang menuntun manusia pada penemuan besi dan gelas. Setelah emas ditemukan dan menjadi logam berharga, banyak orang yang tertarik menemukan metode yang dapat merubah zat lain menjadi emas. Hal ini menciptakan suatu protosains yang disebut Alkimia. Alkimia dipraktikkan oleh banyak kebudayaan sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan protosains.
Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern. Seiring berjalannya sejarah, alkimiawan-alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Paracelsus) mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–1691). Walaupun demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antoine Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1869.
Penghargaan Nobel dalam Kimia yang diciptakan pada tahun 1901 memberikan gambaran bagus mengenai penemuan kimia selama 100 tahun terakhir. Pada bagian awal abad ke-20, sifat subatomik atom diungkapkan dan ilmu mekanika kuantum mulai menjelaskan sifat fisik ikatan kimia. Pada pertengahan abad ke-20, kimia telah berkembang sampai dapat memahami dan memprediksi aspek-aspek biologi yang melebar ke bidang biokimia.
Sejarah kimia dapat dianggap dimulai dengan pembedaan kimia dengan alkimia oleh Robert Boyle melalui karyanya The Sceptical Chymist (1661). Baik alkimia maupun kimia mempelajari sifat materi dan perubahan-perubahannya tapi, kebalikan dengan alkimiawan, kimiawan menerapkan metode ilmiah. Sejarah kimia bertautan dengan sejarah termodinamika, terutama melalui karya Willard Gibbs.
Sebagaimana dicatat sebelumnya, kimia adalah ilmu yang relatif muda. Akibatnya, banyak yang masih harus dikerjakan sebelum kimia dapat mengklaim untuk mempelajari materi, dan melalui pemahaman materi ini memahami alam ini. Jadi, sangat penting di saat awal pembelajaran kimia kita meninjau ulang secara singkat bagaimana kimia berkembang sejak kelahirannya.




Untuk memajukan Ilmu Kimia, para ahli dengan segala kemampuan dan potensi yang mereka miliki, mengembangkan pengetahuan melalui penemuan – penemuan di Bidang Kimia. Berikut adalah nama kimiawan beserta penemuannya :




Joseph Laurence Black
Lahir 16 April 1728
Bordeaux, Perancis
Wafat 6 Desember 1799, Edinburgh
Warga negara Skotlandia
Bidang Kedokteran, fisika, dan kimia
Dikenal atas Panas laten, panas spesifik, dan
penemuan karbon dioksida

Joseph Black (lahir 16 April 1728 – meninggal 6 Desember 1799 pada umur 71 tahun) adalah ahli fisika dan pada tahun 1760 merupakan orang pertama yang menyatakan perbedaan antara suhu dan kalor





Joseph Priestley
Joseph Priestley (13 Maret 1733 - 6 Februari 1804) merupakan seorang filosofi dan ahli kimia berkebangsaan Inggris. Lahir di sebuah daerah dekat Leeds, Inggris pada tanggal 13 Maret 1733, Priestley sebetulnya tidak pernah belajar sains secara formal. Namun, Priestley merupakan orang yang selalu gigih dalam belajar sesuatu. Sikapnya yang toleran dan liberal menjadi salah satu modal kesuksesannya. Modal itu termasuk cara berpikirnya yang selalu ingin tahu dan tidak pernah puas atas sebuah karya. Hal ini terbukti dari tahun-tahun kehidupannya yang tidak pernah sepi dari prestasi, termasuk beberapa tulisan yang dihasilkan dari cabang ilmu yang berbeda-beda.
Pada usia 28 tahun, Priestley yang saat itu tertarik pada bahasa, menghasilkan tulisan yang berjudul The Rudiments of English Grammar (Dasar-dasar Tatabahasa Inggris). Tulisan tersebut merupakan penjelasan Priestley mengenai tata bahasa Inggris, seperti yang dipelajari saat ini.





Carl Wilhelm Scheele
Carl Wilhelm Scheele (9 Desember 1742 - 21 Mei 1786) adalah seorang ahli farmasi Swedia yang menjumpai oksigen pada tahun 1771, tetapi penemuan ini tidak banyak dikenal. Oksigen kemudian diperkenalkan kembali oleh Joseph Priestley. Oksigen diberi nama oleh Antoine Laurent Lavoisier pada tahun 1774.




Jöns Jakob Berzelius
Lahir 20 Agustus 1779
Väversunda, Östergötland, Sweden
Wafat 7 Agustus 1848 (aged 68)
Stockholm, Sweden
Tempat tinggal Sweden
Warga negara Swedish
Bidang Chemist
Institusi Karolinska Institute
Alma Mater Uppsala University
Pembimbing Doctoral Johann Afzelius
Murid bimbingan James Finlay Weir Johnston
Heinrich Rose
Dikenal atas Law of constant proportions
Chemical notation
Silicon
Selenium
Thorium
Cerium




Jöns Jakob Berzelius (1779-1848) ialah seorang ilmuwan dari Swedia yang mengusulkan agar setiap unsur kimia diberi lambang berupa huruf awal dari nama unsur tersebut dalam bahasa Latin. Ia juga menunjukkan bahwa atom-atom terikat dalam molekul karena ada tegangan listrik. Dia menemukan beberapa unsur kimia, seperti: silikon, selenium, thorium, dan serium.




Justus Liebig
Justus Liebig (Darmstadt, 12 Mei 1803 - Muenchen, 18 April 1873) merupakan salah seorang perintis ilmu kimia modern yang berkewarganegaraan Jerman. Abangnya bekerja di sebuah apotek di Darmstadt dan ia terpengaruh dan terkesan dengan berbagai peralatan dan bahan kimia di sana. Pada saat itu, kimia masih banyak terpengaruh oleh sisa-sisa alkimia pada abad-abad sebelumnya.
Ia mengambil studi kimia di Giessen, setelah magangnya dalam bidang apoteker di Bonn, Erlangen, dan Paris gagal. Atas dukungan Alexander von Humboldt, Justus Liebig diangkat tahun 1824 (pada usia 21 tahun) menjadi profesor di bidang kimia di Universitas Ludwig menggantikan Profesor Wilhelm L. Zimmermann. Ia menduduki posisi ini sampai tahun 1852 lalu pindah ke Uni Muenchen sebagai profesor pula.
Ia banyak mengambil penelitian di bidang kimia organik, suatu bidang yang pada masa itu masih sangat sulit dipelajari. Atas inovasinya dalam pemisahan dan pengukuran nitrogen melalui analisis karbon-hidrogen, serta penggunaan Aparatus Bola Lima, penelitian kimia organik menjadi mudah dan dapat dilakukan secara rutin di laboratorium. Justus Liebiglah yang pertama kali merancang tata laboratorium kimia modern, seperti perlunya meja reaksi yang terpisah dari rak penyimpanan, atau penggunaan rumah asam.
Sejak tahun 1830 ia memusatkan penelitiannya pada bidang kimia fisiologi, dengan menyelidiki metabolisme pada tumbuhan dan hewan. Tahun 1840 terbit bukunya yang berjudul Die organische Chemie in ihrer Anwendung auf Agricultur und Physiologie ("Kimia organik dan kegunaannya dalam pertanian dan fisiologi") yang segera membuatnya dikenal secara internasional.
Dalam kariernya sebagai profesor di Giessen Justus Liebig sering kali berselisih dengan dewan pengurus universitas dan penguasa wilayah karena visinya yang ingin mengangkat Uni Giessen ke tingkat internasional.
Justus Liebig (lalu disebut Justus von Liebig sebagai penghargaan atas jasa-jasanya) menikah dan dikaruniai tiga orang anak. Gedung laboratorium tempat ia bekerja kini dijadikan museum di kota Giessen.

Inovasi yang ditemukan Justus Liebig
Justus Liebig bukanlah penemu besar yang menemukan sesuatu yang sama sekali baru. Ia lebih sebagai seorang kreatif dan inovator pada berbagai hal yang sudah ada sehingga banyak hal menjadi lebih mudah dilakukan atau diperoleh, dan mempengaruhi masa-masa selannjutnya. Berbagai sumbangannya antara lain adalah
• Pengukuran pengeluaran karbondioksida oleh tumbuhan secara tidak langsung,
• Aparatus Bola Lima untuk pemisahan bahan kimia,
• Teknik pembuatan cermin menggunakan perak nitrat dan bebas raksa,
• Baking powder (bersama-sama dengan muridnya),
• Ekstrak daging (bouillon), diperuntukkan bagi bayi-bayi agar tidak kekurangan gizi
• Penggunaan pupuk kimia dalam pertanian (pentingnya nitrogen, fosfat, dan kalium: NPK, bagi tumbuhan), yang menjadi awal gelombang intensifikasi pertanian pada abad ke-20.
• Hukum minimum Liebig.




Louis Pasteur
Louis Pasteur (lahir 27 Desember 1822 – meninggal 28 September 1895 pada umur 72 tahun) adalah Ilmuwan kelahiran Prancis. Sebagai ilmuwan ia berhasil menemukan cara mencegah pembusukan makanan hingga beberapa waktu lamanya dengan proses pemanasan yang biasa disebut pasteurisasi. Louis Pasteur memulai kariernya sebagai ahli fisika di sebuah sekolah lanjutan atas. Pada usia 26 tahun ia sudah menjadi profesor di Universitas Strasbourg, kemudian ia pindah ke Universitas Lille dan di sana pada tahun 1856 ia melakukan penemuan yang berarti sangat besar bagi bidang kedokteran. Penemuan awalnya adalah pasteurisasi yaitu mematikan bakteri yang ada di susu dengan pemanasan.
Pasteur juga membuat obat untuk pencegah penyakit antraks dan suntikan melawan penyakit anjing gila rabies. Pada waktu itu orang yang digigit oleh anjing gila akan menderita penyakit yang disebut hidrofobia. Suntikan rabies Pasteur tidak hanya mencegah tetapi juga mengobati penyakit tersebut. Pada hari ulang tahunnya yang ke 70 para dokter dan ilmuwan dari seluruh dunia berkunjung ke Paris untuk menghormatinya. Sejak tahun 1888 karya Pasteur dilanjutkan di Institut Pasteur di Paris. Kini institut itu mempunyai cabang di 60 negara. Makamnya terdapat di bawah Institut tersebut, jenazahnya dimasukkan ke dalam peti mati terbuat dari marmer dan granit.




Friedrich August Kekulé von Stradonitz
Friedrich August Kekulé von Stradonitz (7 September 1829 – 13 Juli 1896) ialah ahli kimia asal Jerman yang dikenal sebagai dewa cincin karena berhasil mengungkapkan bagaimana 6 atom karbon molekul benzena berikatan dengan 6 atom hidrogen melalui mimpinya.




Jacobus Henricus van 't Hoff
Jacobus Henricus van 't Hoff (30 Agustus 1852 – 1 Maret 1911) ialah kimiawan fisika dan organik Belanda dan pemenang Penghargaan Nobel dalam Kimia pada 1901 Penelitiannya pada kinetika kimia, kesetimbangan kimia, tekanan osmotik dan kristalografi diakui sebagai hasil karya utamanya. Jacobus juga mendirikan bidang ilmu kimia fisika seperti yang kita kenal sekarang, ia juga dianggap sebagai salah satu kimiawan terbesar sepanjang masa bersama dengan kimiawan Perancis Antoine Lavoisier, Louis Pasteur dan ahli kimia Jerman Friedrich Wöhler.
Ia dilahirkan di Rotterdam, Belanda. Merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara Jacobus Henricus van 't Hoff, seorang dokter, dan Alida Jacoba Kolff.
Pada 1869 ia memasuki Universitas Teknologi Delft dan menerima gelar diploma dalam teknologi pada 1871. Namun, keputusannya untuk mengikuti karir ilmiah murni, datang segera setelah selama kerja di masa liburan di pabrik gula saat ia mengantisipasi pekerjaannya yang suram sebagai teknolog. Setelah menghabiskan masa setahun di Leiden, terutama untuk matematika, ia pindah ke Bonn untuk bekerja dengan Kekule von Stradonitz dari musim gugur 1872 sampai musim semi 1873; lalu dilanjutkan di Paris dengan C.A. Wurtz, saat ia menempuh sebagian besar kurikulum antara 1873-1874. Ia kembali ke Belanda pada 1874 dan mendapat gelar doktor yang sama di tahun yang sama dengan E. Mulder di Utrecht.
Pada 1876 ia menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Hewan di Utrecht, namun meninggalkan kedudukan ini untuk jabatan yang sama di Universitas Amsterdam di tahun berikutnya. Pada 1878 ia ditunjuk sebagai Guru Besar Kimia, Mineralogi, dan Geologi di universitas yang sama. Setelah menduduki jabatan ini selama 18 tahun ia menerima undangan ke Berlin sebagai Profesor Kehormatan, disambung dengan keanggotaan di Akademi Ilmu Pengertahuan Kerajaan Prusia. Alasan perubahan ini ialah karena ia terlalu dibebani dengan kewajiban memberi kuliah dasar dan menguji banyak mahasiswa, termasuk juga propaedeutika medis malah, membuat waktu untuk risetnya jadi berkurang. Ia adalah penasihat yang rajin untuk pembentukan pembagian khusus pekerja ilmiah. Ia tetap dalam kedudukan ini hingga akhir hayatnya.

Sumbangan pada kimia dan kerja utama
van 't Hoff terkenal karena penerbitannya yang membuka zaman baru. Tesis kedoktorannya (1874) berjudul Bijdrage tot de Kennis van Cyaanazijnzuren en Malonzuur (Sumbangan pada Pengetahuan Asam Sianoasetat dan Malonat). Beberapa bulan sebelumnya, ia telah menerbitkan Voorstel tot Uitbreiding der Tegenwoordige in de Scheikunde gebruikte Structuurformules in de Ruimte (Usulan untuk Pengembangan Rumus Struktur Kimia Tiga Dimensi). Selebaran kecil ini, terdiri atas 12 halaman teks dan 1 halaman diagram, mendorong perkembangan stereokimia. Konsep "atom karbon asimetris", yang berhubungan dengan naskah ini, mendukung penjelasan pembentukan sejumlah isomer yang tak bisa dijelaskan dengan menggunakan rumus struktur saat itu. Ia juga sekaligus menekankan perhatian lebih pada hubungan antara aktivitas optik dan kehadiran atom karbon asimetris.
Namun gagasan revolusionernya ini baru diakui setelah karya-karyanya, pada 1875 Chimie dans l'Espace-nya (Kimia dalam Ruang) terbit; khususnya saat 2 tahun kemudian, setelah terjemahan Jermannya muncul, dengan pasal pendahuluan dari J. Wislicenus. Melalui Dix Années dans l'Histoire d'une Théorie (Sepuluh Tahun perjalanan Sejarah Sebuah Teori) ia dihargai walau di saat yang sama Joseph Le Bel telah mengemukakan gagasan ini, meski dalam bentuk yang lebih abstrak.
Pada 1884, sejak terbitnya Études de Dynamique chimique (Kajian mengenai Dinamika Kimia), ia memasuki bidang kimia fisika untuk pertama kali. Sumbangan besarnya ialah mengenai pengembangan hukum termodinamika umum pada hubungan antara perubahan tekanan dan pemindahan kesetimbangan sebagai akibat variasi suhu. Pada volume tetap, kesetimbangan dalam sebuah sistem akan cenderung berubah dalam arah untuk melawan perubahan suhu yang ditentukan pada sistem ini. Demikian pula, penurunan suhu menyebabkan lepasnya panas sedangkan menaikkan suhu menyebabkan penyerapan panas. Selanjutnya asas kesetimbangan bergerak ini digeneralisasi pada (1885) oleh Henri Louis le Chatelier, yang memperluas asas ini dengan perubahan volume untuk perubahan tekanan yang dipaksakan; kini dikenal sebagai asas van 't Hoff-Le Chatelier.
Di tahun berikutnya, 1885, diikuti dengan L'Équilibre chimique dans les Systèmes gazeux ou dissous à I'État dilué (Kesetimbangan Kimia dalam Sistem Gas atau Larutan yang Ditambah Air), yang berurusan dengan teori larutan yang ditambah air ini. Di sinilah ia menunjukkan bahwa "tekanan osmotik" dalam larutan yang dicairkan secukupnya sebanding terhadap konsentrasi dan temperatur penuh agar tekanan ini bisa diwakili dengan rumus yang hanya menyimpang dari rumus tersebut untuk tekanan gas yang dilambangkan dengan i. Ia juga menentukan nilai i dengan sejumlah cara, sebagai contoh dengan menggunakan tekanan uap dan hukum Raoult pada penurunan titik beku. Demikian van 't Hoff juga bisa membuktikan bahwa hukum termodinamika tak hanya sah buat gas, namun juga buat larutan cair. Hukum tekanannya, yang diberikan keabsahan umum oleh teori disosiasi elektrolisis Arrhenius (1884-1887) – orang asing pertama yang datang untuk bekerja dengannya di Amsterdam (1888) – dianggap sebagai yang terlengkap dan terpenting dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam.
Pada saat ia di Berlin dari 1896 sampai 1905 ia terus sibuk pada masalah asal endapan samudera, dengan rujukan khusus yang dibentuk di Stassfurt. Pada kerja yang lebih luas ia dibantu khususnya oleh W. Meyerhoffer, yang sebelumnya telah bekerja dengannya di Amsterdam selama beberapa tahun. Kemungkinan ialah orang pertama yang menerapkan hasil skala kecil, didapat di laboratorium, pada fenomena yang terjadi pada skala besar di alam. Hasil penyelidikan ambisius ini, kebanyakan diterbitkan di Laporan Akademi Ilmiah Kerajaan Prusia, diringkaskan dengannya dalam karya 2 jilid Zur Bildung ozeanischer Salzablagerungen, 1905-1909.
van 't Hoff amat menghargai kekuatan imajinasi dalam kerja ilmiah, sebagaimana nyata dalam pidato pelantikannya pada pengambilan jabatan profesornya di Amsterdam: Verbeeldingskracht in de Wetenschap (Kekuatan Imajinasi dalam Sains), setelah studi biografi yang rumit, ia tiba pada kesimpulan bahwa para ilmuwan yang paling menonjol telah memiliki kualitas tingkat tinggi ini. Wilhelm Ostwald, yang membuat Zeitschrift für physikalische Chemie dengannya di Leipzig, ia bisa dianggap sebagai pendiri kimia fisika.

Penghargaan, dan peninggalan
Dari sejumlah medali ia sendiri menyebutkan Hadiah Nobel Kimia (1901) ialah titik kulminasi karirnya. Pada 1885 ia diangkat sebagai anggota Akademi Ilmiah Kerajaan Belanda, setelah nominasinya tak dimasukkan pada 1880 karena jumlah suara yang tak mencukupi – bukti bahwa awalnya gagasannya tak banyak diterima di negerinya sendiri. Di antara medalinya yang lain ialah gelar doktor kehormatan dari Harvard dan Yale (1901), Universitas Victoria Manchester (1903), Heidelberg (1908); Medali Davy dari Royal Society (1893), Medali Helmholtz dari Akademi Ilmiah Kerajaan Prusia (1911); ia juga diangkat sebagai Chevalier de la Legion d'Honneur (1894), Senator der Kaiser-Wilhelm-Gesellschaft (1911). Ia juga anggota kehormatan Chemical Society, London (1898), Akademi Ilmiah Kerajaan, Gottingen (1892), American Chemical Society (1898), Académie des Sciences, Paris (1905).

Info pribadi
van 't Hoff ialah pecinta alam; sebagai mahasiswa di Leiden ia sering ikut dalam perjalanan botanis, dan kemudian di Bonn ia benar-benar menikmati pegunungan di sekitarnya, berjalan panjang sendiri atau bersama-sama. Deskripsi perjalanannya ke Amerika Serikat, berasal dari undangan ceramah ke Universitas Chicago, menunjukkan cintanya pada perjalanan. Penerimaannya pada filsafat dan kegemarannya pada puisi juga nyata pada awal-awal ia bersekolah – Lord Byron ialah pujaannya.
Pada 1878 ia menikahi Johanna Francina Mees. Mereka memiliki 2 putri, Johanna Francina (l. 1880) dan Aleida Jacoba (l. 1882) dan 2 putra, Jacobus Hendricus (l. 1883) dan Govert Jacob (l. 1889).
van 't Hoff meninggal di Steglitz dekat Berlin.




Marie Curie.
Maria Skłodowska-Curie (lahir 7 November 1867 – meninggal 4 Juli 1934 pada umur 66 tahun) adalah perintis dalam bidang radiologi dan pemenang Hadiah Nobel dua kali, yakni Fisika pada 1903 dan Kimia pada 1911. Ia mendirikan Curie Institute. Bersama dengan suaminya, Pierre Curie, ia menemukan unsur radium.
Curie adalah salah satu dari sedikit orang yang memenangi dua Hadiah Nobel dalam dua bidang, adalah salah satu peneliti terpenting dalam bidang radiasi dan efeknya sebagai perintis radiologi. Catatan miliknya bersifat radioaktif, sampai baru-baru ini seorang cucu perempuannya mendekontaminasinya.
Marie Curie dibesarkan di Polandia dalam keluarga guru. Karena krisis di Polandia, ia jatuh miskin dan harus hidup hemat. Yang lebih menyedihkan lagi, ia harus sembunyi-sembunyi untuk belajar ilmunya. Pada tahun 1891 Marie melanjutkan studinya tentang Fisika dan Matematika di Universitas Sorbonne. Baru setelah dia pergi ke Paris untuk sekolah di Universitas Sorbonne maka dia dapat lebih leluasa untuk melakukan riset sampai akhirnya dari bekalnya itu dia mampu mengisolasi radium dari laboratorium tuanya yang sederhana; dari sinilah awal kepopulerannya.
Dedikasinya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. Sampai saat ini, belum ada lagi seorang perempuan dengan talenta dan dedikasi yang demikian besar terhadap ilmu pengetahuan. Marie Curie terus bekerja dan menyelediki nuklir dan radioaktif hanya di dalam laboratorium sederhana tanpa mau memikirkan diri sendiri. Bahkan ia tidak mau mendaftarkan penemuannya ke paten karena terlalu berpegang teguh pada prinsip, "ilmu pengetahuan adalah untuk umat manusia".




Victor Grignard
Victor Grignard (lahir 6 Mei 1871 di Cherbourg, wafat 13 Desember 1935 di Lyon) adalah seorang kimiawan Perancis. Ia menemukan cara membuat organomagnesium halida (RMgX) saat bekerja untuk meraih gelar Ph.D. Atasannya, Barbier, telah mencoba membuatnya selama beberapa lama, tetapi si jenius Victor lah yang mengatasi masalah tersebut. Penemuan ini di tahun 1901 mengubah reaksi kimia organik dan membuatnya memenangkan hadiah Nobel pada tahun 1912. Senyawa yang ditemukannya tersebut dikenal dengan nama Reagen Grignard.




Gilbert N. Lewisc
Lahir 23 Oktober 1875
Wafat 23 Maret 1946 (umur 70)
Berkeley, California
Warga negara American
Bidang Physical chemist
Pembimbing Doctoral Theodore William Richards
Murid bimbingan Michael Kasha
Harold Urey
Dikenal atas Ikatan kovalen
Struktur Lewis
Teori ikatan valensi
Electronic theory of acids and bases
Chemical thermodynamics
Air berat
Menamakan Foton
Menjelaskan Fosfor

Gilbert Newton Lewis (lahir 23 Oktober 1875 – meninggal 23 Maret 1946 pada umur 70 tahun) adalah ilmuwan kimia dari Amerika Serikat yang dikenal akan penemuan ikatan kovalen (lihat struktur Lewis dan tulisannya yang berjudul "The Atom and the Molecule"), pemurnian air berat, perumusan ulang termodinamikia kimia, teori asam dan basa Lewis dan eksperimen-eksperimen fotokimianya.




Glenn Seaborg
Glenn Theodore Seaborg (19 April 1912–25 Februari 1999) terlibat dalam pengenalan 9 unsur transuranium (94 hingga 102), dan ia menjabat sebagai ketua Komisi Energi Atom Amerika Serikat dari 1961 hingga 1971. Pada 1951 ia menerima Hadiah Nobel Kimia dengan fisikawan Edwin Mattison McMillan.
Lahir di Michigan, Seaborg menerima gelar sarjana di Universitas California, Los Angeles dan gelar doktor dalam kimia dari Universitas California, Berkeley. Ia kemudian menjabat sebagai asisten peneliti kepada Gilbert Newton Lewis dan akhirnya menjadi penasihat universitas. Ia bekerja giat di Berkeley selama 2 masa signifikan: pertama ikut serta dalam Proyek Manhattan di Universitas Chicago dari 1942 hingga 1946 dan kemudian lagi untuk kursi dalam United States Atomic Energy Commission—sehingga ia kembali ke Berkeley.
Pada 1940 Edwin M. McMillan, dibantu oleh Philip Abelson (kemudian editor majalah Science), menyatakan dan menjelaskan fenomena penggabungan nuklir yang dikemukakan oleh Otto Hahn dan Fritz Strassmann pada 1939. Secara spesifik, ia mengenali unsur ke-93, neptunium, di antara produk pemisahan uranium, yang dibombardir dengan neutron yang diproduksi dari deuteron menggunakan siklotron kecil (27 inchi) di Berkeley. Edwin McMillan juga meramalkan adanya unsur ke-94, plutonium, yang diperkirakannya ditemukan di antara produk uranium dengan bombardemen deuteron langsung. Namun, McMillan mendadak dipanggil keluar untuk mengerjakan karya perang dan akhirnya bergabung dengan program di Los Alamos untuk membuat bom nuklir. Setelah PD II, reputasi ilmiahnya meningkat dengan sumbangan pentingnya pada teori pemercepat partikel.
Seaborg dan para koleganya, yang mengambil alih proyek McMillan, segera menemukan plutonium dengan nomor massa 238. Penelitian lanjutan menimbulkan produksi isotop 239 yang amat sedikit di awal 1941. Plutonium-239 ditunjukkan dapat berpisah dengan bombardemen dengan neutron lambat dan kemudian menjadi bahan baru sehingga bom nuklir bisa dibuat. Dari saat itu para ilmuwan baru sudah tau uranium-235 untuk tujuan ini. Kemudian Seaborg bergabung dengan Manhattan Project untuk bekerja pada rencana memproduksi plutonium-239 untuk bom—yang dijatuhkan di Nagasaki. Malah sebelum perang berakhir, ia mengubah perhatiannya pada unsur transuranium lanjutan, mengembangkan kelompok transisi aktinida dalam tabel periodik. Di U.S. Atomic Energy Commission, Seaborg banyak terlibat dalam urusan kendali senjata dan pengaturan nuklir—mencoba mengatur kekuatan inti atom bahwa karya ilmiahnya telah diungkap. Di antara para kimiawan ia tak biasa menulis sejarah pengembangan epik di mana ia terlibat agar publik bisa bijaksana atas pengalamannya. Dengan Benjamin S. Loeb ia menulis serial sejarah, yang pertama ialah Kennedy, Khrushchev, and the Test Ban (1981).






Daftar kimiawan
• Emil Abderhalden, (1877-1950), kimiawan Jerman
• Richard Abegg, (1869-1910), kimiawan Jerman
• Arthur Aikin, (1773-1854), kimiawan Inggris dan mineralog
• Johan August Arfwedson, (1792-1841), kimiawan Swedia
• Svante Arrhenius, (1859-1927), kimiawan dan fisikawan Swedia
• Neil Bartlett, (lahir 1932), kimiawan Inggris/Kanada/AS
• Antoine Baum, (1728-1804), kimiawan Prancis
• Claude Louis Berthollet, (1748-1822), kimiawan Prancis
• Jöns Jakob Berzelius, (1779-1848), kimiawan
• Joseph Black, (1728-1799), kimiawan
• Carl Bosch, (1872-1940), kimiawan Jerman
• Johannes Nicolaus Brønsted, (1879-1947), kimiawan Denmark
• Henri Braconnot (1780-1855), kimiawan dan ahli farmasi Prancis
• Robert Wilhelm Bunsen, (1811-1899), penemu dan kimiawan Jerman
• Eduard Buchner, (1860-1917), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1907
• Melvin Calvin (1911-1997), kimiawan AS, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1961
• Georg Ludwig Carius, (1829-1875), kimiawan Jerman
• Heinrich Caro, (1834-1910), kimiawan Jerman
• Wallace Hume Carothers (1896-1937), kimiawan AS
• Marie Curie, (1867-1934), fisikawan radiasi Prancis kelahiran Polandia
• Pierre Curie, (1859-1906)
• Robert Curl, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1996
• Henrik Carl Peter Dam, (1895-1976), biokimiawan Denmark, pemenang Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 1943
• Humphry Davy, (1778-1829)
• Otto Diels, (1876-1954), kimiawan Jerman, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1950
• Edward Doisy, (1893-), kimiawan AS, pemenang Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 1943
• Davorin Dolar, (lahir 1921), kimiawan
• Jean Baptiste Dumas, (1800-1884), kimiawan Prancis
• Paul Ehrlich, (1854-1915), kimiawan Jerman, pemenang Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 1908
• Manfred Eigen, (1927-), kimiawan Jerman, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1967
• Emil Erlenmayer, (1825-1909), kimiawan Jerman
• Richard R. Ernst, (lahir 1933), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1991
• Hans von Euler-Chelpin, (1873-1964), kimiawan Swedia, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1929
• Hans Fischer, kimiawan organik Jerman, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1930, (1881-1945)
• Carl Remigius Fresenius
• Wilhelm Fresenius, putra Carl Remigius Fresenius, kimiawan Jerman, (1913-2004)
• Alexander Naumovich Frumkin, (1895-1976), elektrokimiawan
• Johan Gadolin, (1760–1852), kimiawan Finlandia
• Ljubo Golic, (lahir 1932), kimiawan
• Francois Auguste Victor Grignard, (1871-1935), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1912
• Victor Goldschmidt, (1888-1947) Bapak Geokimia Modern
• Dusan Hadzi, (lahir 1921), kimiawan.
• John Haldane, kimiawan Inggris
• Charles Hatchett, (1765-1847), kimiawan Inggris yang menemukan niobium
• Robert Havemann, (1910-1982), kimiawan
• George de Hevesy, (1885-1966), kimiawan, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1943
• Friedrich Hoffmann, (1660-1742), fisikawan dan kimiawan
• Roald Hoffmann, (born 1937), kimiawan AS kelahiran Polandia, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1981
• Jaroslav Heyrovský, (1890-1967), kimiawan Cekoslowakia
• Christopher Kelk Ingold (1893-1970), kimiawan Inggris
• Frederic Joliot-Curie (1900-1958), kimiawan dan fisikawan Prancis
• Irène Joliot-Curie (1897-1956), kimiawan dan fisikawan Prancis
• Paul Karrer, (1889-1971), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1937.
• Karl Wilhelm Gottlob Kastner (1783 - 1857)
• Friedrich August Kekulé von Stradonitz, (1829-1896), kimiawan organik Jerman
• Aleksandra Kornhauser, (lahir 1926), kimiawan.
• Sir Harry Kroto, (lahir 1939), kimiawan Inggris, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1996
• Richard Kuhn (1900 - 1967), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1938
• Irving Langmuir, (1851-1957), kimiawan, fisikawan
• Antoine Lavoisier, (1743-1794), bapak kimia modern asal Prancis
• Yuan T. Lee, (lahir 1936), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1986
• Janez Levec, (born 1943), kimiawan.
• Primo Levi, (1919-1987), pejuang perlawanan, kimiawan dan novelis
• Gilbert N. Lewis, (1875-1946), kimiawan AS dan dekan pertama fakultas kimia Berkeley
• Andreas Libavius, (1555-1616), kimiawan, filsuf dan dokter Jerman
• Willard Libby (1908-1980), kimiawan AS, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1960
• Martin Lowry, (1874-1936), kimiawan AS
• Dmitri Ivanovich Mendeleev, (1834-1907), kimiawan, pencipta Tabel Periodik Unsur-unsur
• John Mercer, (1791-1866), kimiawan dan industriwan
• Alexander Mitscherlich, (1836-1918), kimiawan
• Jacques Lucien Monod, (1910-1976), biokimiawan, pemenang Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 1965
• Robert S. Mulliken, (1896-1986), fisikawan AS, kimiawan
• Robert Nalbandyan, (1937-2002), kimiawan protein Armenia
• Lars Onsager, (1903-1976), kimiawan fisik, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1968
• Wilhelm Ostwald, (1853-1932), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1909
• Paracelsus, (1493-1541), alkimiawan
• Rudolph Pariser, (lahir 1923), kimiawan teoritis dan kimiawan organic
• Robert G. Parr, (born 1921), kimiawan teoritis
• Louis Pasteur, (1822-1895), biokimiawan Prancis
• Linus Pauling, (1901-1994), pemenang Hadiah Nobel Kimia dan Hadiah Nobel Perdamaian
• John A. Pople, (1925-2004),kimiawan teoritis, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1998
• Roy J. Plunkett, (1910-1984), penemu Teflon
• Fritz Pregl, (1869-1930), kimiawan, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1923
• Vladimir Prelog, (1906-1998), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1975
• Joseph Priestley, (1733-1804)
• Ilya Prigogine, (1917-2003), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1977
• Ğilem Qamay (1901 - 1970) – kimiawan Uni Soviet
• William Ramsay, (lahir 1852), kimiawan Skotlandia
• Marij Rebek, kimiawan
• Henri Victor Regnault (1810-1878), kimiawan dan fisikawan Prancis
• Tadeus Reichstein, (1897-1996), kimiawan, pemenang Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 1950
• Ellen Swallow Richards (1842 - 1911), industriwan dan ahli kimia lingkungan.
• Lavoslav Stjepan Ružička, (1887-1976), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1939
• Paul Sabatier, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1912
• Maks Samec, (1844 - 1889 – kimiawan.
• Carl Scheele, (1742-1786), kimiawan abad 18, penemu banyak unsure
• Nils Gabriel Sefström, (1787-1845), kimiawan
• Nikolay Nikolayevich Semyonov, fisikawan dan kimiawan, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1956
• K. Barry Sharpless. (1941- ) pemenang Hadiah Nobel Kimia 2001
• S.P.L. Sørensen, (1868-1939), kimiawan Denmark
• Frederick Soddy, (1877-1956), kimiawan Inggris
• Branko Stanovnik, (lahir 1938), kimiawan.
• Miha Tisler, (lahir 1926), kimiawan.
• Harold C. Urey, (1893-1981), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1934
• J. H. van 't Hoff (30 Agustus 1852 – 1 Maret 1911), kimiawan fisik Belanda, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1901
• Artturi Ilmari Virtanen, (1895-1973), kimiawan, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1945
• Alfred Werner, (1866-1919), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1913
• Heinrich Otto Wieland (1877-1957) kimiawan Jerman, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1927
• Harvey W. Wiley, (1844-1930), kimiawan AS, penganjur makanan dan obat-obatan murni
• Friedrich Woehler, (1800-1882), kimiawan Jerman
• William Hyde Wollaston, (1766-1828), kimiawan Inggris
• Robert B. Woodward (1917-1979), pemenang Hadiah Nobel Kimia 1965
• Kurt Wüthrich, (lahir 1938), pemenang Hadiah Nobel Kimia 2002
• Sabir Yunusov (1909-1995), kimiawan alkaloid Uni Soviet
• Ahmed H. Zewail (lahir 1946), orang Mesir, pemenang Hadiah Nobel Kimia 1999 untuk pekerjaannya pada femtokimia.









Tabel Periodik
Sifat Kimia telah ditemukan pada permulaan sejarah Ilmu Kimia. Ilmuwan pada permulaan tahun 1800 telah mengumpulkan sejumlah informasi yang sangat penting tentang unsur yang mereka ketahui. Pengetahuan ini merupakan kenyataan yang sangat penting, meskipun beberapa tidak berhubungan dengan fakta yang dibutuhkan dalam melakukan beberapa percobaan sebelum informasi yang sempurna dapat dicapai. Pada permulaannya percobaan – percobaan yang dilakukan untuk mengklasifikasikan unsur hasilnya sangat terbatas dan tidak sampai tahun 1869, pelopor tabel periodik yang modern menemukan cara untuk mengatasinya. Penemuan ini merupakan hasil karya ahli kimia Dmitri Mendeleev dari Rusia. Mendeleev mempresentasikan hasil karyanya didepan Persatuan Ahli Kimia Rusia (Russian Chemical Society) pada permulaan tahun 1869. Mendeleev adalah seorang guru Kimia. Ketika dia mempersiapkan buku penuntun untuk muridnya, dia menemukan bahwa jika unsur disusun menurut massa atom yang bertambah, unsur dengan sifat – sifat yang sama akan mempunyai jarak (Interval) secara periodic (periodic interval).


DAFTAR PUSTAKA
• k10tiumb.blogspot.com : Sejarah Lahirnya Kimia
Diposkan oleh Kelompok 10 Teknik Industri Universitas Mercubuana
• http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia
• http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_kimia
• http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kimiawan
• http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Black
• http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Priestley
• http://id.wikipedia.org/wiki/Carl_Wilhelm_Scheele
• http://id.wikipedia.org/wiki/J%C3%B6ns_Jakob_Berzelius
• http://id.wikipedia.org/wiki/Justus_Liebig
• http://id.wikipedia.org/wiki/Louis_Pasteur
• http://id.wikipedia.org/wiki/Friedrich_August_Kekul%C3%A9_von_Stradonitz
• http://id.wikipedia.org/wiki/Jacobus_Henricus_van_%27t_Hoff
• http://id.wikipedia.org/wiki/Marie_Curie
• http://id.wikipedia.org/wiki/Victor_Grignard
• http://id.wikipedia.org/wiki/Gilbert_N._Lewis
• http://id.wikipedia.org/wiki/Glenn_Seaborg
• Kimia Universitas Asas dan Struktur_James Brady