reii ArLuneRz

create your own banner at mybannermaker.com!
Cute Christmas Bear
Tampilkan postingan dengan label Minahasa Utara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Minahasa Utara. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 Agustus 2011

Asal Usul Suku Minahasa ( Anak Suku Tonsea)

Menurut fakta- fakta penyelidikan kebudayaan dunia dan benda- benda purbakala yang terdapat di Eropa, Afrika, Asia, Amerika, maka manusia diperkirakan mulai menyebar hingga ke pelosok di muka bumi sejak 35 ribu tahun lalu.

Di tanah Minahasa sendiri, kaum pendatang mempunyai ciri seperti Kaum Kuritis yang berambut keriting, Kaum Lawangirung (berhidung pesek),dan Kaum Malesung/ Minahasa yang menurunkan suku-suku :Tonsea, Tombulu, Tompakewa, Tolour, Suku Bantenan (Pasan,Ratahan),Tonsawang, Suku Bantik masuk tanah minahasa sekitar tahun 1590 .

Suku Minahasa atau Malesung mempunyai pertalian dengan suku bangsa Filipina dan Jepang, yang berakar pada bangsa Mongol didataran dekat Cina. Hal ini nyata tampak dalam bentuk fisik seperti mata, rambut, tulang paras, bentuk mata, dll.

Dalam bahasa, Bahasa Minahasa termasuk rumpun bahasa Filipina.

Tetua- tetua Minahasa menurunkan sejarah kepada turunannya melalui cerita turun temurun (biasanya dilafalkan oleh Tonaas saat kegiatan upacara membersihkan daerah dari hal- hal yang tidak baik bagi masyarakat setempat saat memulai tahun yang baru) Dan dari hal kegiatan tersebut diketahui bahwa Opo Toar dan Opo Lumimuut adalah nenek moyang masyarakat Minahasa, meskipun banyak versi tentang riwayat kedua orang tersebut.
Keluarga Toar Lumimuut sampai ketanah Minahasa dan berdiam disekitar gunung Wulur Mahatus, dan berpindah ke Watuniutakan (dekat Tompaso Baru sekarang dan dengan kehidupan pertanian yang sarat dengan usaha bersama dengan saudara sekeluarga/ taranak tampak dari berbagai versi tarian Maengket)
Sampai pada suatu saat keluarga bertambah jumlahnya maka perlu diatur mengenai interaksi sosial didalam komunitas tersebut, yang melalui kebiasaan peraturan dalam keturunannya nantinya menjadi kebudayaan Minahasa.
Demikian juga dengan isme atau kepercayaan akan sesuatu yang lebih berkuasa atas manusia sudah dijalankan diMinahasa sejak awal yang tercermin dari adanya tingkatan status sosial.


Tingkatan atau status sosial diatur sbb:

1. Golongan Makasiow (pengatur ibadah yang disebut Walian/ Tonaas, golongan Makarua Siow, 2 X 9 ( 9 orang tonaas) yang menempati posisi antara Sang penguasa dengan Surga dan Bumi, Baik tidak Baik, dan semua hal tentang keseimbangan, hal sakit penyakit, dll.

2. Golongan Makatelu pitu (pengatur/ pemerintah dengan gelar Patu’an atau 3 X 7 Teterusan/ kepala desa dan pengawal desa disebut Waranei ( 7 orang pengatur/ pemerintah)

3. Golongan Makasiow Telu 9 x 9 (rakyat).


Seiring waktu, jumlah penduduk bertambah, tempat tinggal mulai padat dan lahan terbatas, maka keturunan Toarlumimuut berpencar tumani (membuka lahan baru)untuk kelangsungan taranak mereka serta Golongan Pasiyowan Telu (rakyat).

Sejak awal bangsa Minahasa tiada pernah terbentuk kerajaan atau mengangkat seorang raja sebagai kepala pemerintahan.
Kepala pemerintah adalah kepala keluarga yang gelarnya adalah Paedon Tu’a atau Patu’an yang sekarang kita kenal dengan sebutan Hukum Tua. Kata ini berasal dari Ukung Tua.yang berarti Orang tua yang melindungi.Ukung artinya kungkung = lindung = jaga. Tua : dewasa dalam usia, berpikir, serta didalam mengambil Kehidupan demokrasi dan kerakyatan terjamin

Ukung Tua tidak boleh memerintah rakyat dengan sewenang-wenang karena rakyat itu adalah anak-anak dan cucu-cucunya, keluarganya sendiri.
Sebelum membuka perkebunan, berunding dahulu dan setelah itu dilakukan harus dengan mapalus .

Didalam bekerja terdapat pengatur atau pengawas yang di Tonsea disebut Mopongkol atau Rumarantong, di Tolour disebut Sumesuweng
Di Minahasa tidak dikenal sistim perbudakan, sebagaimana lasimnya di daerah lain pada saman itu, seperti di kerajaan Bolaang,Sangir, Tobelo, Tidore dll.
Hal ini membuat beberapa dari golongan Walian Makaruwa Siyow (eksekutif) ingin diperlakukan sebagai raja. seperti raja Bolaang, raja Ternate, raja Sanger yang mereka dengar dan temui disaat barter bahan bahan keperluan rumah tangga.
Setelah cara tersebut dicoba diterapkan dimasyarakat Minahasa oleh beberapa walian/hukum tua timbul perlawanan yang memicu terjadinya pemberontakan serentak di seluruh Minahasa oleh golongan rakyat /Pasiyowan Telu, Alasannya karena, bukanlah adat pemerintahan yang diturunkan Opo Toar Lumimuut, dimana kekuasaan dijalankan dengan sewenang-wenang.

Akibat pemberontakkan itu, Tatanan kehidupan di Minahasa menjadi tidak menentu, peraturan tidak diindahkan Adat istiadat rusak, Perebutan tanah pertanian antar keluarga. Hal ini membuat golongan makarua/makadua siow (tonaas) merasa perlu mengambil tindakan pencegahan dengan mengupayakan musyawarah raya yang dimotori oleh Tonaas-tonaas senior dari seluruh Minahasa di Watu Pinabetengan.
Luas Minahasa pada jaman ini adalah dari pantai likupang, Bitung sampai ke muara sungai Ranoyapo ke gunung Soputan, gunung Kawatak dan sungai Rumbia.

Wilayah setelah sungai Ranoyapo dan Poigar, Tonsawang, Ratahan, Ponosakan adalah termasuk wilayah kerajaan Bolaang Mongondow, sampai kira-kira abad ke 14

Dalam musyawarah yang dihadiri oleh seluruh keturunan Toar Lumimuut, memilihTonaas Kopero dari Tompakewa sebagai ketua yang dibantu anggota Tonaas Muntuuntu dari Tombulu dan Tonaas Mandey dari Tonsea.mereka bertugas untuk konsolidasi ketiga golongan Minahasa tsb. Hasil-hasil musyawarah tsb, pada sebagian orang dikaitkan dengan nama tempat berlangsung musyawarah yang dikenal saat sekarang dengan Watu Pinawetengan ( batu tempat dimana mereka bersatu untuk kemudian membagi) yang bertujuan untuk mengembalikan adat yang diwariskan Toar Lumimuut. 9 pokok hasil musyawarah yaitu:

1. Kepala pemerintahan dipilih dari yang tua, jujur, berani, wibawa, kuat dan berani maju dalam segala hal
2. Segala usaha harus dimusyawarahkan
3. Dewan tua-tua (Patuosan) yang mengawasi jalannya pemerintahan oleh Hukum Tua
4. Mempertahankan kebiasaan yang sudah baik.( Kenaramen)
5. Memperketat wibawa orang tua kepada anak-anak
6. Perempuan dan laki-laki sama kedudukannya
7. Pesan tua-tua jangan diremehkan. (Taar)

Sejak saat itu pemerintahan di Minahasa dipegang oleh Rakyat (Pasiowan Telu) karena demokrasi mulai diterapkan

1. Keputusan penting yang lain adalah membagai wilayah Minahasa menjadi 4 wilayah Tontewoh, Tombulu, Tompakewa, Tolour

Istilah Tontewoh diganti Tonsea pada tahun 1679 sedangkan istilah Tompakewa diganti Tontemboan pada tahun 1875
Setelah selesai musyawarah di Watu Pinabetengan,

1. setiap anak suku Tanah Malesung/ Minahasa yaitu 4 anak suku yang merdeka dan dipimpin tonaas masing masing kembali dengan para walak( pemerintahan otonom) kumpulan beberapa desa/ wanua. Suku Tonsea dipimpin Tonaas Walalangi dan Tonaas Rogi berangkat menuju ke arah Timur Laut disebelah Timur Tenggari.Suku Tombulu ke Utara dipimpin Tonaas Walian Mapumpun, Tonaas Belung dan Tonaas Kekeman ke Majesu.Suku Tolour berangkat ke Timur ke Atep dipimpin Tonaas Singal.Suku Tontemboan berangkat ke Barat Laut menempati Kaiwasian sekitar Tombasian.

Anak suku Tonsea
Dari Niaranan, suku Tonsea pindah ke Kembuan. Di daerah tersebut banyak tumbuh kayu sea yang digunakan sebagai obat. Itulah sebabnya mereka menyebut suku mereka Tou un sea atau Tonsea. Keluarga dari Kembuan sebagai berikut:
Keluarga Tonaas Rurugala menempati daerah Walantakan
Keluarga Tonaas Wenas menempati daerah Sinalahan.
Keluarga Tonaas Roringtudus menempati daerah Tiwoho.
Keluarga Tonaas Maramis menempati daerah Kinarepuan
Keluarga Tonaas Roringwailan menempati daerah Kuhun.
Keluarga Tonaas Sigarlaki dan Tonaas Maidangkai menempati daerah Maandon.
Keluarga Tonaas Runtukahu, menempati daerah Kumelembuai.
Keluarga Tonaas Kapongoan dan Tonaas Dotulung menempati daerah Kema.
Abad ke-15 Tonaas Dotulung, Tonaas Tidajoh, Tonaas Koagou menguasai daerah Dimembe. Salah satu hal yang menonjol di Tonsea adalah tetap adanya satu walak/ anak suku Tonsea. Tonsea tetap utuh satu dibawah Tonaas Dotulung yang kemudian namanya dirubah menjadi Dotulong.

Beberapa Fam Asli Tonsea antara lain : Luntungan, Mandey, Mantiri, Dotulong, Pinontoan, Tuegeh, Wantania, Wagiu, Runtukahu, Runtuwene, Rotinsulu, Koloay, dll

Sumber: dari berbagai sumber

Kecamatan Dimembe, Minahasa Utara

Dimembe adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Indonesia.
Pusat pemerintah berada di Desa Dimembe (yang berarti melewati batas).
Kecamatan Dimembe memiliki 16 desa.
Kecamatan Dimembe termasuk kecamatan yang dimekarkan dan dibagi menjadi 3 kecamatan yang sebagian masuk wilayah Kota Manado, yaitu Desa Kairagi, Kayuwatu, Mapanget dan Desa Lapangan, sedangkan Talawaan ke arah Tumbon, Kima Atas, masuk menjadi Kecamatan Talawaan.
Letak Kecamatan Dimembe berada pada lingkar Barat menuju ke Utara Gunung Klabat atau Gunung Tamporok.
Hasil utama dari daerah Dimembe adalah, kelapa, pepaya, ikan mas.
Informasi lebih lengkap mengenai Laikit-Dimembe dapat dilihat di http://www.laikit-dimembe.page.tl
Camat Ibu. Susana Katuuk,SE

Sejarah Desa Laikit, Dimembe

Pertengahan tahun 1770-an, Opo Ngangi berasal dari Kumelembuai(Airmadidi), bersama dengan Opo Wagiu berangkat menuju utara menyusuri kaki gunung Klabat untuk mencari tempat tinggal/ lahan baru. Perjalanan dengan menempuh +/- 10 km sudah menemukan sungai kecil, yang merupakan syarat untuk dijadikan tempat tinggal/ lahan bercocoktanam. Diseberang sungai (lalana) mereka menderikan dena’u (pondok) tempat tinggal sementara, dan diam disana untuk beberapa waktu sebelum kembali keKumelembuai.

Beberapa hari kemudiaan, di saat sore hari, mereka tiba kembali di pondok tersebut membawa beberapa jenis tanaman dan merekapun mengajak Opo Sanding, salah satu rekan mereka di Kumelembuai yang memiliki kemampuan mendengar tanda-tanda berkaitan dengan kebiasaan disana seperti mendengar suara burung manguni (doyot) dan mengartikannya. Tentang suara burung manguni tersebut diperoleh tanda yang baik untuk membuka lahan baru ditempat itu. Setelah memperoleh tanda yang baik mereka kembali ke Kumelembuai dan mengajak keluarga, kerabat untuk pindah menetap di tempat yang baru itu. Saat itu mereka berjumlah 9 keluarga..

Saat mereka membuka lahan baru disekitar sungai kecil dan bila menemukan mata air maka mata air tersebut selalu dikelilingi oleh pohon Deikit (daun pohon menyerupai daun pisang) dan mereka tidak menjumpai di tempat tinggal sebelumnya. Sehingga bila mereka pergi ke Kumelembuai, selalu mengatakan bahwa mereka dari Wanua Deikit (Desa Laikit).

Sembilan keluarga itu adalah :
1.Opo Ngangi, Kepala (Teterusan)
2.Opo Wagiu, Penasihat (Tonaas)
3.Opo Sanding, Penasihat (berhubungan dengan pendengaran)
4.Opo Tuegeh, Bidan
5.Opo Marentek, Pandai besi
6.Opo Wullur, Peramal
7.Opo Matindas, Pembagi tugas kerja
8.Opo Kalesaran, Penasihat (berhubungan dengan penglihatan)
9.Opo Wetik, Penjaga keamanan

Hingga saat ini masih terlihat di desa Laikit Dimembe peninggalan dari 9 opo tersebut seperti membersihkan kampung diawal tahun, melihat tanda hati babi sebelum pesta- pesta, melihat / mendengar tanda- tanda yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat didesda Laikit Dimembe, dan sebagainya.

Tahun 1981 desa Laikit dimekarkan menjadi 2 desa, dengan nama Laikit I dan Laikit II . Beberapa tahun kemudian desa Laikit II diubah menjadi desa Dimembe karena di desa tersebut terdapat kantor- kantor tingkat Kecamatan Dimembe.

Laikit dari arti kata memiliki arti (bahasa TONSEA) DAI = tidak KI'IIT = pelit,kikir jadi masyarakat yang tidak pelit/ kikir atau masyarakat yang pemurah, hal ini terlihat dari mudahnya masyarakat dari luar masuk dan menetap diarea LAIKIT



Data kepala Desa Laikit

No Nama Tahun
1 Opo Ngangi 1775-1785
2 Opo Wagiu 1785-1795
3 OpoTuegeh 1795-1805
4 Opo Tuwaidan 1805-1825
5 Opo Tuwaidan 1825-1845
6 Opo Wagiu 1845-1871
7 Opo Wantania 1871-1877
8 Opo Manua 1887-1890
9 Opo Ngangi 1890-1903
10 Sem Wagiu 1903-1904
11 Simon Sundalangi 1904-1906
12 Koloay 1906-1918
13 Sigarlaki 1918-1922
14 JJ Rotty 1922-1941
15 M Sundalangi 1941-1943
16 JJ Rotty 1943-1944
17 M Sundalangi 1944-1944
18 H manua 1944-1950
19 P Wagiu 1950-1950
20 W Wantania 1950-1952
21 M Sundalangi 1952-1953
22 G Kaurow 1953-1959
23 J Tintingon 1959-1962
24 J Sundalangi 1962-1965
25 A Damopoli 1965-1969
26 H Wantania 1969-1976
27 E Wantania 1976-1976
28 I Karundeng 1976-1978
29 JJ Damopoli 1978-1983
30 H Tuegeh 1983-1983
31 O Rarun 1983-1992
32 S Doodoh 1992-2001
33 J Manua 2001-2007
34. Paulus Sundalangi 2008 - sekarang

Data kepala Desa Dimembe

1 G Kaurow 1981-1982
2 K Ngangi 1982-1990
3 W Wagiu 1990-1992
4 W Wagiu 1992-2001
5 Johanis Tuwaidan 2001- 2008
6. Johanis Tuwaidan 2008 - sekarang

Profil Minahasa Utara

Minahasa Utara




Lokasi Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa Utara.
Provinsi Sulawesi Utara.
Dasar hukum : Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 Tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Utara di Provinsi Sulawesi Utara dan diresmikan Mendagri atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 07 Januari 2004

Tanggal : 07 Januari 2004
Ibu kota : Airmadidi
Pemerintahan : Bupati Drs. Sompie Singal
Luas : 2.314,39 km2 ( arat 1.053,39 km² Laut 1.261 km²)
Populasi :
- Total 188.904 jiwa
- Kepadatan 81,62 jiwa/km2

Pembagian administratif :
- Kecamatan : 10 kecamatan
- Desa/kelurahan : 118 desa dan 6 kelurahan

Kabupaten Minahasa Utara (sering disingkat Minut) dengan pusat pemerintahan dan ibukota di Airmadidi, terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten ini memiliki lokasi yang strategis karena berada di antara dua kota, yaitu Manado dan kota pelabuhan Bitung. Dengan jarak dari pusat kota Manado ke Airmadidi sekitar 12 km yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Sebagian dari kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi terletak di wilayah Minahasa Utara.



Potensi Sumber Daya Alam

Sumber daya pertanian dan perkebunan dengan primadona tanaman kelapa yang adalah terbesar di seluruh wilayah Minut sehingga merupakan usaha tani utama penduduk. Selain itu tanaman cengkih serta buah-buahan antara lain buah Duku, Langsat, Manggis dan Rambutan banyak dihasilkan oleh petani.

Sumber daya laut dan perikanan, yaitu perikanan air tawar berupa ikan Mas dan Ikan Mujair. Perikanan air laut berupa Tambak Kerapu, Bandeng, Udang, Lobster dan pengembangbiakan Rumput Laut serta Kerang Mutiara.

Sumber daya pertambangan merupakan sumber daya yang masih memiliki potensi yang terpendam karena sampai saat ini belum diolah secara maksimal. Dimana Minahasa Utara juga memiliki potensi kekayaan emas yang besar.


Pariwisata

Daerah ini memiliki banyak potensi wisata antara lain:

- Wisata Budaya, yaitu cagar budaya Waruga atau kuburan batu moyang Minahasa, Batu bertumbuh di desa Watutumou dan Karapan Sapi.
- Wisata Laut, yaitu Taman Laut di pulau Gangga, pulau Lihaga, pulau Nain dan pulau Talise.
- Makam pahlawan nasional Ibu Maria Walanda Maramis.
- Gunung tertinggi di Sulawesi Utara, yaitu Gunung Klabat atau Tamporok.
- Pasar tradisional di Airmadidi yang menjual berbagai makanan khas Tonsea.
- Serta obyek wisata yang baru dibangun oleh pemerintah daerah, yaitu obyek Wisata Religius Kaki Dian dan Hutan Kenangan yang keduanya berlokasi di kaki gunung Klabat.


Hotel dan Penginapan

Memiliki dua hotel berbintang empat, yaitu Hotel Sutan Raja di Watutumou dan Hotel Paradise di Likupang. Selain itu juga banyak berdiri resort berstandar internasional, antara lain Kima Bajo Resort dan Gangga Resort.


Pendidikan

Terdapat sekolah berstandar internasional, yaitu Manado International School (MIS) di kecamatan Kalawat, juga Universitas Klabat di kecamatan Airmadidi.


Suku

Penduduk Kabupaten Minahasa Utara sebagian besar adalah etnis Minahasa Tonsea dan sebagian lagi Sangir.


Daftar Kecamatan

Kabupaten Minahasa Utara terdiri dari 10 kecamatan, yaitu:

- Airmadidi
- Kalawat
- Dimembe
- Talawaan
- Kauditan
- Kema
- Likupang Barat
- Likupang Selatan
- Likupang Timur
- Wori


Daftar Bupati dan Wakil Bupati Minahasa Utara

Kabupaten Minahasa Utara telah dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati sebagai berikut:

- Drs. Paul Tirayoh, MBA (Penjabat Bupati) / 12 Januari 2004 – 19 Maret 2005
- Drs. Edwin Silangen (Penjabat Bupati) / 9 Maret 2005 – 14 Agustus 2005
- Vonnie Anneke Panambunan (Bupati) & Drs. Sompie Singal, MBA (Wakil Bupati) / 14 Agustus 2005 - April 2008
- Drs. Sompie Singal, MBA (Bupati) / April 2008 - 14 Agustus 2010
- Drs. Rudy Umboh (Penjabat Bupati) / 14 Agustus 2010 - 10 Desember 2010
- Drs. Sompie Singal, MBA (Bupati) & Yulisa Baramuli, SH. (Wakil Bupati) / 10 Desember 2010 -