Sejarah
Penemuan renium disebutkan terkait dengan Noddack, Tacke dan Berg, yang mengumumkan pada tahun 1925 mereka telah mendeteksi unsur dalam bijih platinum dan kolumbit. Mereka juga menemukan unsur yang sama dalam gadolinit dan molibdenit. Dengan mengerjakan 660 kg molibdenit pada tahun 1928, mereka mampu memisahkan renium sebanyak 1 gram.
Sumber
Renium tidak terdapat di alam atau sebagai senyawa dalam mineral teertentu. Meski demikian, renium tersebar di kerak bumi dengan jumlah 0.001 ppm. Renium yang dihasilkan secara komersial di Amerika Serikat saat ini didapat dari debu cerobong pemanggangan molibden dalam penambangan bijih tembaga-sulfida di sekitar Miami, Arizona, dan di Utah.
Sejumlah molibden mengandung renium sebanyak 0.002% hingga 0.2%. Lebih dari 150000 ons troy renium sekarang dihasilkan per tahun di Amerika Serikat. Bahkan perusahaan Free World memproduksi logam renium hingga 3500 ton. Logam renium didapatkan dengan mereduksi ammonium perrhentat dengan hidrogen ada suhu tinggi.
Isotop
Renium di alam adalah campuran dari 2 isotop stabil. Ada 26 isotop lainnya yang tidak stabil.
Sifat-sifat
Berwarna putih keperakan dengan kilau logam. Kerapatannya sama dengan kerapatan yang hanya dimiliki oleh platinum, iridium dan osmium; titik cairnya sama dengan titik cair yang hanya dimiliki tungsten dan karbon.
Bentuk renium yang biasa ditemukan adalah bubuk, tapi dapat pula dipadatkan dengan penekanan dan resistance-sintering (proses metalurgi bubuk dengan menggunakan perlakuan suhu tinggi yang bersifat karakteristik) dalam udara vakum atau hidrogen. Proses ini menghasilkan bentuk padat dan kompak dan meningkatkan kerapatan logam hingga 90%.
Renium yang dipanaskan lalu didingkan mendadak, sangat mudah ditempa, dapat diikat, digulung dan dibentuk menjadi gulungan kawat. Renium ditambahkan sebagai zat tambahan pada alloy berdasar tungsten dan molibden untuk menambah sifat-sifat penting tertentu.
Kegunaan
Digunakan secara luas sebagai filamen dalam spektrograf massa dan gauge ion. Alloy renium-molibdenum bersifat superkonduktif pada suhu 10 K.
Renium juga digunakan seagai bahan kontak listrik karena tahan lama dan tahan terhadap korosi akibat percikan api. Termokopel yang terbuat dari renium-tungsten digunakan untuk mengukur suhu hingga 2200oC, dan kawat renium digunakan dalam lampu kilat fotografi.
Katalis renium sangat tahan terhadap serangan nitrogen, sulfur dan fosfor. Renium juga digunakan untuk proses hidrogenasi senyawa kimia tertentu.
Bahaya
Sangat sedikit informasi yang didapatkan mengenai toksisitas renium. Meski demikian, tetap diperlukan penanganan hati-hati hingga tersedia data terbaru.
Luv all about Chemistry, Luv My Jesus,, Luv My Family,, Luv @NOAH_ID,, Luv @R_besar,, Luv @LunaMaya26,, Luv @boywilliam,, Luv @ezagionino6,, Luv,, Luv,, Luv,, :))
Tampilkan postingan dengan label Chemistry. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Chemistry. Tampilkan semua postingan
Jumat, 18 Maret 2011
Teknesium
Sejarah
Semula diduga bahwa unsur bernomor 43 diperkirakan adalah dasar dari tabel periodik. Hal ini baru diketahui salah pada tahun 1925. Saat itu, teknesium dikenal sebagai masurium. Unsur ini sebenarnya ditemukan oleh Perrier dan Segre di Itali pada tahun 1937. Teknesium juga ditemukan bersamaan dalam sampel molibdenum yang dikirim oleh E. Lawrence, yang ditembak dengan deutron dalam siklotron Berkeley. Teknesium adalah unsur pertama yang dihasilkan secara buatan. Sejak penemuan Teknesium, semua penelitian mengenai unsur yang berkaitan dengan bumi terus dilakukan. Akhirnya pada tahun 1962, Teknesium – 99 diisolasi dan diidentifikasi dari bijih kaya uranium Afrika, hanya dalam hitungan menit, sebagai hasil reaksi fisi spontan Uranium-238 oleh B.T Kenna dan P.K Kuroda. Jika teknesium benar-benar ada, maka konsentrasinya sangat kecil. Teknesium ditemukan dalam spektrum bintang tipe S, M, dan N, dan keberadaannya dalam spektrum bintang mengarah pada teori baru yakni, produksi unsure berat di bintang-bintang.
Isotop-isotop
Ada 22 isotop teknesium dilaporkan, dengan kisaran massa dari 90 – 111. Semua isotop teknesium bersifat radioaktif. Teknesium adalah salah satu dari dua unsur dengan massa atom lebih kecil dari 83 yang tidak memiliki isotop stabil.; sementara unsur lainnya adalah promethium (dengan massa atom 61). Teknesium memiliki tiga isotop dengan masa paruh waktu radioaktif yang cukup panjang yaitu: 97Tc (T1/2 = 2.6 x 106 tahun), 98Tc (T1/2 = 4.2 x 106 tahun) dan 99Tc (T1/2 = 2.1 x 105 tahun). Isotop 97Tc dalam keadaaan meta (meluruh) dengan paruh waktu (T1/2 = 61 hari) digunakan dalam dunia penyelidikan (forensik). Namun, isotop Tc yang paling berguna adalah 99Tc yang berada dalam kondisi meta state (T1/2 = 6.01 jam) digunakan dalam dunia medis yang memanfaatkan isotop radioaktif, karena masa parauh waktu yang pendek, energy sinar gamma yang dipancarkan, dan kemampuan Teknesium untuk berikatan secara kimiawi dengan banyak molekul biologis yang aktif. Oleh karena 99Tc merupakan hasil reaksi fisi dari uranium dalam reactor nuklir, maka produksi skala besar telah dilakukan selama beberapa tahun ini. Saat ini, terdapat sejumlah kilogram technetium telah tersedia.
Sfat-sifat
Teknesium adalah logam abu-abu keperak-perakan yang dapat menjadi kusam perlahan -lahan dalam udara lembab. Bilangan oksidasi Teknesium adalah +7, +5, dan +4 . Sebagai oksidator, technetium (VII) akan terdapat sebagai ion pertekhnetat, TcO4-. Sifat kimia technetium dilaporkan mirip dengan rhenium. Teknesium larut dalam asam nitrat, aqua regia, dam asam sulfat pekat, tapi tidak dapat larut dalam asam klorida dalam berbagai konsentrasi. Insur ini merupakan penghambat korosi yang luar biasa untuk baja. Logam ini adalah superkonduktor yang sempurna pada suhu 11 K dan di bawah suhu 11K.
Biaya
Hingga tahun 1960, technetium hanya tersedia dalam jumlah yang sedikit dan harganya cukup tinggi, yakni $2800/gram. Sekarang, technetium sudah tersedia secara komersil di bawah izin O.R.N.L (Oak Ridge National Laboratory, yayasan milik Departemen Energi Amerika Serikat) dengan harga $60/gram.
Penanganan
Telah dilaporkan bahwa baja karbon yang lunak dapat dilindungi dari korosi secara efektif dengan konsentrasi KTcO4 sekecil 55 ppm dalam air suling yang diaerasi pada suhu 250oC. Perlindungan terhadap korosi semacam ini terbatas untuk sistem tertutup, karena technetium bersifat radioaktif dan penggunaannya harus dibatasi. 98Tc memiliki aktivitas jenis sebesar 6.2 x 108 Bq/g. Aktivitas pada tingkat ini tidak boleh menyebar (harus terisolasi). 99Tc membahayakan lingkungan hidup dan harus ditangani dengan kemasan boks bersarung tangan.
Semula diduga bahwa unsur bernomor 43 diperkirakan adalah dasar dari tabel periodik. Hal ini baru diketahui salah pada tahun 1925. Saat itu, teknesium dikenal sebagai masurium. Unsur ini sebenarnya ditemukan oleh Perrier dan Segre di Itali pada tahun 1937. Teknesium juga ditemukan bersamaan dalam sampel molibdenum yang dikirim oleh E. Lawrence, yang ditembak dengan deutron dalam siklotron Berkeley. Teknesium adalah unsur pertama yang dihasilkan secara buatan. Sejak penemuan Teknesium, semua penelitian mengenai unsur yang berkaitan dengan bumi terus dilakukan. Akhirnya pada tahun 1962, Teknesium – 99 diisolasi dan diidentifikasi dari bijih kaya uranium Afrika, hanya dalam hitungan menit, sebagai hasil reaksi fisi spontan Uranium-238 oleh B.T Kenna dan P.K Kuroda. Jika teknesium benar-benar ada, maka konsentrasinya sangat kecil. Teknesium ditemukan dalam spektrum bintang tipe S, M, dan N, dan keberadaannya dalam spektrum bintang mengarah pada teori baru yakni, produksi unsure berat di bintang-bintang.
Isotop-isotop
Ada 22 isotop teknesium dilaporkan, dengan kisaran massa dari 90 – 111. Semua isotop teknesium bersifat radioaktif. Teknesium adalah salah satu dari dua unsur dengan massa atom lebih kecil dari 83 yang tidak memiliki isotop stabil.; sementara unsur lainnya adalah promethium (dengan massa atom 61). Teknesium memiliki tiga isotop dengan masa paruh waktu radioaktif yang cukup panjang yaitu: 97Tc (T1/2 = 2.6 x 106 tahun), 98Tc (T1/2 = 4.2 x 106 tahun) dan 99Tc (T1/2 = 2.1 x 105 tahun). Isotop 97Tc dalam keadaaan meta (meluruh) dengan paruh waktu (T1/2 = 61 hari) digunakan dalam dunia penyelidikan (forensik). Namun, isotop Tc yang paling berguna adalah 99Tc yang berada dalam kondisi meta state (T1/2 = 6.01 jam) digunakan dalam dunia medis yang memanfaatkan isotop radioaktif, karena masa parauh waktu yang pendek, energy sinar gamma yang dipancarkan, dan kemampuan Teknesium untuk berikatan secara kimiawi dengan banyak molekul biologis yang aktif. Oleh karena 99Tc merupakan hasil reaksi fisi dari uranium dalam reactor nuklir, maka produksi skala besar telah dilakukan selama beberapa tahun ini. Saat ini, terdapat sejumlah kilogram technetium telah tersedia.
Sfat-sifat
Teknesium adalah logam abu-abu keperak-perakan yang dapat menjadi kusam perlahan -lahan dalam udara lembab. Bilangan oksidasi Teknesium adalah +7, +5, dan +4 . Sebagai oksidator, technetium (VII) akan terdapat sebagai ion pertekhnetat, TcO4-. Sifat kimia technetium dilaporkan mirip dengan rhenium. Teknesium larut dalam asam nitrat, aqua regia, dam asam sulfat pekat, tapi tidak dapat larut dalam asam klorida dalam berbagai konsentrasi. Insur ini merupakan penghambat korosi yang luar biasa untuk baja. Logam ini adalah superkonduktor yang sempurna pada suhu 11 K dan di bawah suhu 11K.
Biaya
Hingga tahun 1960, technetium hanya tersedia dalam jumlah yang sedikit dan harganya cukup tinggi, yakni $2800/gram. Sekarang, technetium sudah tersedia secara komersil di bawah izin O.R.N.L (Oak Ridge National Laboratory, yayasan milik Departemen Energi Amerika Serikat) dengan harga $60/gram.
Penanganan
Telah dilaporkan bahwa baja karbon yang lunak dapat dilindungi dari korosi secara efektif dengan konsentrasi KTcO4 sekecil 55 ppm dalam air suling yang diaerasi pada suhu 250oC. Perlindungan terhadap korosi semacam ini terbatas untuk sistem tertutup, karena technetium bersifat radioaktif dan penggunaannya harus dibatasi. 98Tc memiliki aktivitas jenis sebesar 6.2 x 108 Bq/g. Aktivitas pada tingkat ini tidak boleh menyebar (harus terisolasi). 99Tc membahayakan lingkungan hidup dan harus ditangani dengan kemasan boks bersarung tangan.
Sabtu, 26 Februari 2011
Pencemaran Udara
DISUSUN OLEH :
HASTUTI. S. FATIMAH
JAYANTO. TUMANAN
REINY. WANTANIA
WINDA. YUDA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
Di TONDANO
2010
PENCEMARAN UDARA
BAB. I PENDAHULUAN
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia dan bertambah banyaknya kebutuhan manusia, mengakibatkan semakin besar pula terjadinya masalah-masalah pencemaran lingkungan. Pada dasarnya, secara alamiah alam mampu mendaur ulang berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh makhluk hidup, namun bila konsentrasi limbah yang dihasilkan sudah tak sebanding lagi dengan laju proses daur ulang maka akan terjadi pencemaran. Pencemaran lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah pencemaran udara. Pencemaran udara ini menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kehidupan di muka bumi. Semakin menipisnya lapisan ozon adalah salah satu dampak yang harus diwaspadai karena ini berarti menyangkut lestarinya keanekaragaman hayati, kelangsungan makhluk hidup dibumi dan keberadaan bumi itu sendiri.
Pengertian
Pencemaran lingkungan atau polusi adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut. Menurut Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup NO. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang mengakibatkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Yang dikatakan sebagai polutan adalah suatu zat atau bahan yang kadarnya melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, sehingga merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya : bahan kimia, debu, dan panas. Polutan tersebut dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya malah merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan lingkungan yang terkena polutan (tempat terjadinya), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Pencemaran Air
2. Pencemaran Tanah
3. Pencemaran Udara
BAB. II PEMBAHASAN
Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).
Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi didalam rumah, diruang-ruang sekolah ataupun diruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi dilingkungan rumah atau perkotaan maka disebut sebagai pencemaran diluar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor.
Faktor Penyebab Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam
2. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia
Zat-zat Pencemar Udara
Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain : Karbonmonoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal, dan Karbondioksida.
1. Karbon monoksida ((CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna, misalnya gas buangan kendaraan bermotor.
2. Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara dipabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
3. Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam dan tidak berwarna. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
4. Partikulat (asap atau jelaga)
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal.
5. Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.
6. Chlorofluorocarbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.
7. Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pembakaran pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
8. Karbon dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasilkebakaran hutan.
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan Alam
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain : hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
1. Hujan Asam
Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. Hujan asam adalah hujan yang memiliki kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6
Proses terbentuknya hujan asam
SO2 dan NOx (NO¬2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan pembakaran batubara (pabrik dan pembangkit energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan langsung mengendap ditanah sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun. Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.
2. Penipisan lapisan ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak stabil. Di atmosfer, ozon terletak dilapisan stratosfer pada ketinggian 15-60 km diatas permukaan bumi. Fungsi dari lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarakan sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan.
Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS (Ozone Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon) ternyata mampu merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon menipis. Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai lubang ozon (ozone hole).
3. Pemanasan Global
Kadar CO¬2 yang tinggi dilapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara dibumi (pemanasan global). Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata diseluruh dunia dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklum.
Proses terjadinya efek rumah kaca
Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2¬ dilapisan atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu diseluruh permukaan bumi menjadi semakin panas (pemanasan global).
Dampak Pencemaran Udara
Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaaran udara juga membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup (organisme), baik hewan, tumbuhan, dan manusia.
Dampak pencemaran udara bagi manusia, antara lain :
1. Karbon monoksida (CO) menimbulkan gangguan kesehatan berupa ; rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, mual, menurunnya pendengaran dan penglihatan menjadi kabur. Selain itu, fungsi dan koordinasi motorik menjadi lemah.
2. Nitrogen dioksida (SO2) dapat menyebabkan timbulnya serangan asma.
3. Hidrokarbon (HC) menyebabkan kerusakan otak, otot, dan jantung.
4. Chlorofluorocarbon (CFC) menyebabkan melanoma (kanker kulit) khususnya bagi orang-orang berkulit terang, katarak, dan melemahnya sistem daya tahan tubuh.
5. Timbal (Pb) menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan fisik dan mental serta mempengaruhi kecerdasan otak.
6. Ozon (O3) menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar, dan memperkecil paru-paru.
7. NOx menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.
Dampak pencemaran udara bagi kehidupan hewan, antara lain : menimbulkan kanker mata pada sapi, terganggunya atau bahkan putusnya rantai makanan pada tingkat konsumen di ekosistem perairan karena penurunan jumlah fitoplankton.
Dampak pencemaran udara bagi tumbuhan antara lain :
1. Hujan asam menghancurkan jaringan tumbuhan, dan menggangu pertumbuhan tanaman. Dapat melarutkan kalsium, potassium, dan nutrient lain yang berada dalam tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya pohon akan mati.
2. Penipisan lapisan ozon dapat merusak tanaman, mengurangi hasil panen, penurunan jumlah fitoplankton yang merupakan produsen bagi rantai makanan dilaut.
BAB. III PENUTUP
Kesimpulan
• Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan)
• Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : Faktor alam (internal) dan Faktor manusia (eksternal)
• Polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain : Karbonmonoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal, dan Karbondioksida
• Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain : hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global
• Dampak pencemaran udara pada manusia, yaitu : menimbulkan gangguan kesehatan berupa rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, timbulnya serangan asma, kerusakan otak, kanker kulit, serta bisa menyebabkan kematian.
• Dampak pencemaran udara pada hewan, yaitu : menimbulkan kanker mata pada sapi, terganggunya atau bahkan putusnya rantai makanan pada tingkat konsumen di ekosistem perairan karena penurunan jumlah fitoplankton.
• Dmpak pencemaran udara pada tumbuhan, yaitu : menghancurkan jaringan tumbuhan, dan menggangu pertumbuhan tanaman, dapat melarutkan kalsium, potassium, dan nutrient lain yang berada dalam tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya pohon akan mati, mengurangi hasil panen, dan penurunan jumlah fitoplankton yang merupakan produsen bagi rantai makanan dilaut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 16 Juli 2009. Deposisi Asam. http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/303-deposisi-asam: BPLHD JaBar [12 November 2010]
Anonim. 25 September 2010. Efek Rumah Kaca. http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca: Wikipedia, Ensiklopedia Bebas [12 November 2010]
Anonim. 17 Juli 2008. Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. http://mbojo.wordpress.com/2008/07/17/hubungan-efek-rumah-kaca-pemanasan-global-dan-perubahan-iklim/: Blogspot.com [12 November 2010]
HASTUTI. S. FATIMAH
JAYANTO. TUMANAN
REINY. WANTANIA
WINDA. YUDA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
Di TONDANO
2010
PENCEMARAN UDARA
BAB. I PENDAHULUAN
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia dan bertambah banyaknya kebutuhan manusia, mengakibatkan semakin besar pula terjadinya masalah-masalah pencemaran lingkungan. Pada dasarnya, secara alamiah alam mampu mendaur ulang berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh makhluk hidup, namun bila konsentrasi limbah yang dihasilkan sudah tak sebanding lagi dengan laju proses daur ulang maka akan terjadi pencemaran. Pencemaran lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah pencemaran udara. Pencemaran udara ini menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kehidupan di muka bumi. Semakin menipisnya lapisan ozon adalah salah satu dampak yang harus diwaspadai karena ini berarti menyangkut lestarinya keanekaragaman hayati, kelangsungan makhluk hidup dibumi dan keberadaan bumi itu sendiri.
Pengertian
Pencemaran lingkungan atau polusi adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut. Menurut Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup NO. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang mengakibatkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Yang dikatakan sebagai polutan adalah suatu zat atau bahan yang kadarnya melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, sehingga merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya : bahan kimia, debu, dan panas. Polutan tersebut dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya malah merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan lingkungan yang terkena polutan (tempat terjadinya), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Pencemaran Air
2. Pencemaran Tanah
3. Pencemaran Udara
BAB. II PEMBAHASAN
Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).
Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi didalam rumah, diruang-ruang sekolah ataupun diruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi dilingkungan rumah atau perkotaan maka disebut sebagai pencemaran diluar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor.
Faktor Penyebab Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam
2. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia
Zat-zat Pencemar Udara
Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain : Karbonmonoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal, dan Karbondioksida.
1. Karbon monoksida ((CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna, misalnya gas buangan kendaraan bermotor.
2. Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara dipabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
3. Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam dan tidak berwarna. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
4. Partikulat (asap atau jelaga)
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal.
5. Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.
6. Chlorofluorocarbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.
7. Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pembakaran pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
8. Karbon dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasilkebakaran hutan.
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan Alam
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain : hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
1. Hujan Asam
Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. Hujan asam adalah hujan yang memiliki kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6
Proses terbentuknya hujan asam
SO2 dan NOx (NO¬2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan pembakaran batubara (pabrik dan pembangkit energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan langsung mengendap ditanah sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun. Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.
2. Penipisan lapisan ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak stabil. Di atmosfer, ozon terletak dilapisan stratosfer pada ketinggian 15-60 km diatas permukaan bumi. Fungsi dari lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarakan sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan.
Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS (Ozone Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon) ternyata mampu merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon menipis. Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai lubang ozon (ozone hole).
3. Pemanasan Global
Kadar CO¬2 yang tinggi dilapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara dibumi (pemanasan global). Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata diseluruh dunia dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklum.
Proses terjadinya efek rumah kaca
Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2¬ dilapisan atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu diseluruh permukaan bumi menjadi semakin panas (pemanasan global).
Dampak Pencemaran Udara
Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaaran udara juga membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup (organisme), baik hewan, tumbuhan, dan manusia.
Dampak pencemaran udara bagi manusia, antara lain :
1. Karbon monoksida (CO) menimbulkan gangguan kesehatan berupa ; rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, mual, menurunnya pendengaran dan penglihatan menjadi kabur. Selain itu, fungsi dan koordinasi motorik menjadi lemah.
2. Nitrogen dioksida (SO2) dapat menyebabkan timbulnya serangan asma.
3. Hidrokarbon (HC) menyebabkan kerusakan otak, otot, dan jantung.
4. Chlorofluorocarbon (CFC) menyebabkan melanoma (kanker kulit) khususnya bagi orang-orang berkulit terang, katarak, dan melemahnya sistem daya tahan tubuh.
5. Timbal (Pb) menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan fisik dan mental serta mempengaruhi kecerdasan otak.
6. Ozon (O3) menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar, dan memperkecil paru-paru.
7. NOx menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.
Dampak pencemaran udara bagi kehidupan hewan, antara lain : menimbulkan kanker mata pada sapi, terganggunya atau bahkan putusnya rantai makanan pada tingkat konsumen di ekosistem perairan karena penurunan jumlah fitoplankton.
Dampak pencemaran udara bagi tumbuhan antara lain :
1. Hujan asam menghancurkan jaringan tumbuhan, dan menggangu pertumbuhan tanaman. Dapat melarutkan kalsium, potassium, dan nutrient lain yang berada dalam tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya pohon akan mati.
2. Penipisan lapisan ozon dapat merusak tanaman, mengurangi hasil panen, penurunan jumlah fitoplankton yang merupakan produsen bagi rantai makanan dilaut.
BAB. III PENUTUP
Kesimpulan
• Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan)
• Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : Faktor alam (internal) dan Faktor manusia (eksternal)
• Polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain : Karbonmonoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal, dan Karbondioksida
• Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain : hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global
• Dampak pencemaran udara pada manusia, yaitu : menimbulkan gangguan kesehatan berupa rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, timbulnya serangan asma, kerusakan otak, kanker kulit, serta bisa menyebabkan kematian.
• Dampak pencemaran udara pada hewan, yaitu : menimbulkan kanker mata pada sapi, terganggunya atau bahkan putusnya rantai makanan pada tingkat konsumen di ekosistem perairan karena penurunan jumlah fitoplankton.
• Dmpak pencemaran udara pada tumbuhan, yaitu : menghancurkan jaringan tumbuhan, dan menggangu pertumbuhan tanaman, dapat melarutkan kalsium, potassium, dan nutrient lain yang berada dalam tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya pohon akan mati, mengurangi hasil panen, dan penurunan jumlah fitoplankton yang merupakan produsen bagi rantai makanan dilaut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 16 Juli 2009. Deposisi Asam. http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/303-deposisi-asam: BPLHD JaBar [12 November 2010]
Anonim. 25 September 2010. Efek Rumah Kaca. http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca: Wikipedia, Ensiklopedia Bebas [12 November 2010]
Anonim. 17 Juli 2008. Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. http://mbojo.wordpress.com/2008/07/17/hubungan-efek-rumah-kaca-pemanasan-global-dan-perubahan-iklim/: Blogspot.com [12 November 2010]
Analisis Gravimetri
ANALISIS GRAVIMETRI
Kimia Analitik I
Disusun Oleh :
Reiny. F. Wantania
09 310 261
Pend. Kimia / A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
Di TONDANO
2011
BAB I. PENDAHULUAN
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.
Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis.
Metode Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan seara gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan.
Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius tergantung suhu dekomposisi dari analit.
Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan mengetur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.
aA +rR AaRr(s)
Penambahan reagen R secara berlebihan akan memaksimalkan produk AaRr yang terbentuk.
2. Metode Penguapan
Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah menguap.
Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 110-130 derajat celcius, garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air kristal.
3. Metode Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.
BAB II. ISI
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibaningkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
Prinsip Umum
Metode gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:
aA + pP AaPp
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan yang sempurna.
Misalnya, pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat C2O42- dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut
Reaksi yang menyertai pengendapan : Ca2+ + C2O42- CaC2O4(s)
Reaksi yang menyertai pengeringan : CaC2O4(s) CaO(s) + CO2(g) + CO(g)
Agar penetapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai sebenarnya, harus dipenuhi dua kriteria berikut: 1). Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung sempurna; 2). Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak bercampur dengan zat pengotor.
Perhitungan Dalam Analisis Gravimetri
Dalam analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel. Prosentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :
%A = (Berat A)/(Berat Sampel) x 100%
Untuk menetapkan berat analit dari berat endapan sering dihitung melalui faktor gravimetri. Faktor gravimetri didefinisikan sebagai jumlah berat analit dalam 1 gram berat endapan. Hasil kali dari berat endapan P dengan faktor gravimetri sama dengan berat analit.
Berat analit A = berat endapan P x faktor gravimetri, sehingga:
% A = (Berat Endapan P x faktor gravimetri)/(Berat Sampel) x 100%
Faktor gravimetri dapat dihitung bila rumus kimia analit dari endapan diketahui dengan tepat.
Contoh Soal
0.6025 gram sampel garam klorida dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan larutan perak nitrat berlebih untuk mengendapkan seluruh kloridanya sebagai endapan perak klorida. Setelah disaring dan dicuci, perak klorida yang dihasilkan adalah 0.7134 g. Tentukan prosentase klorida (Cl-) dalam sampel.
Penyelesaian :
Reaksi pengendapan : Ag+ + Cl- AgCl(s)
Faktor gravimetri = Ar (Cl-) : Mr (AgCl)
= 35.45 : 143.32
= 0.27
% Cl = (0.7134 g ×0.27)/(0.6025 g)×100%
= 31.97%
Faktor gravimetri ditentukan oleh dua faktor, yaitu berat molekul (atau berat atom) dari analit dan berat molekul dari endapan.
Penggunaan Analisis Gravimetri
Analisis gravimetri telah banyak diaplikasikan untuk analisis kation dari unsur-unsur yang terdapat dalam sistem periodik unsur.
Metode gravimetri dapat juga digunakan untuk analisis kuantitatif bahan organik tertentu seperti kholesterol pada cereal dan laktosa pada produk susu. Kholesterol sebagai steroid alkohol dapat diendapkan secara kuantitatif dengan saponain organik yang disebut digitonin (MR = 1214) membentuk kompleks 1:1 yang tidak larut.
Metode gravimetri bukanlah metode analisis kuantitatif yang spesifik, sehingga dapat digantikan dengan metode analisis instrumentasi modern seperti spektroskopi dan khromatografi. Walaupun demikian, masih gravimetri sering metode gravimetri menjadi pilihan karena peralatan dan prosedur pelaksanaannya yang sederhana. Analisis gravimetri masih banyak diterapkan untuk analisis konstituen makro yang menghasilkan endapan AgCl, BaSO4, Fe(OH)3.
Perak Klorida (AgCl)
Endapan perak klorida, AgCl dalam bentuk endapan yang dihasilkan dari proses koagulasi bahan koloid. Endapan perak klorida mudah disaring, dicuci dengan air yang mengandung sedikit asam nitrat dan dikeringkan. Penambahan asam nitrat dalam air pencuci dimaksudkan untuk mencegah proses peptisasi dan penguapan ketika endapan dikeringkan. Umumnya endapan AgCl disaring dengan menggunakan gelas sintered atau cawan porselin berpori, kemudian dikeringkan pada suhu 110-130C.
Proses pengendapan AgCl sangat kuantitatif, kesalahan pengukuran biasanya timbul karena terjadinya proses penguraian oleh cahaya matahari.
2 AgCl(s) 2 Ag(s) + Cl2(s)
Kesalahan karena penguraian biasanya dapat diabaikan, kecuali jika endapan terkena cahaya matahari langsung dalam jangka yang cukup lama. Kelarutan AgCl dalam air sangat kecil, sehingga kehilangan karena kelarutan dapat diabaikan. Jika dalam air terdapat basa, garam ammonium atau asam berkonsentrasi tinggi akan meningkatkan kelarutan AgCl, dan menimbulkan kesalahan pengukurannya.
Penetapan kuantitatif dalam bentuk AgCl juga dapat digunakan untuk spesi khlor yang memiliki tingkat oksidasi positif seperti ion hipokhlorit, ClO-, khlorit, ClO-2, dan khlorat ClO3- setelah direduksi terlebih dahulu menjadi Cl¬-, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan sebagai AgCl. Penetapan khlor dalam senyawa organik harus diawali dengan pengubahan menjadi NaCl melalui proses penambahan natrium peroksida, Na2O2.
Bromida, Br- dan iodida, I- juga dapat ditetapkan secara kuantitatif dalam bentuk garam peraknya (AgBr, AgI). Untuk anion yang mengandung oksigen seperti BrO-, BrO-3, IO-, IO-3, dan IO-4 harus direduksi terlebih dahulu menjadi Br- dan I- sebelum diendapkan sebagai garam peraknya.
Barium Sulfat (BaSO4)
Barium sulfat merupakan endapan putih kristalin yang sangat sulit larut dalam air, sehingga kehilangan karena proses pelarutan dapat diabaikan. Proses pengendapan dilakukan dalam suasana asam HCl 0,01 M untuk memperbesar ukuran kristal dan menghindari terjadinya bentuk padatan barium lainnya, seperti BaCO3. Kesalahan pengukuran biasanya ditimbulkan oleh terbentuknya endapan anion dan kation lain seperti khlorit dan besi (III).
Endapan BaSO4 disaring menggunakan kertas saring , kemudian dicuci dengan air panas. Dalam proses pengeringan, kertas saring harus tidak boleh terbakar karena karbon yang dihasilkan akan tereduksinya sulfat menjadi sulfida.
BaSO4(s) + C(s) BaS(s) + CO(g)
Endapan BaS dapat diubah kembali menjadi BaSO4 dengan membasahi H2SO4 dan dipanaskan. Cawan porselin berpori dapat digunakan untuk menggantikan kertas saring.
Belerang dalam bentuk lain seperti sulfida, sulfit, thiosulfat, dan tetrationat dapat ditetapkan melalui cara pengendapan setelah dioksidasi menjadi bentuk sulfatnya. Pengoksidasi yang biasa digunakan adalah permanganat. Belerang dalam senyawa organik dapat ditetapkan melalui pengendapan setelah diubah menjadi bentuk sulfatnya dengan menggunakan natrium peroksida, Na2O2. Penetapan kuantitas belerang pada bijih mineral seperti pyrite FeS2 dan chalcopyrite, CuFeS2 didahului dengan perlakuan untuk mengubah menjadi bentuk sulfat menggunakan natrium peroksida.
Kation lain yang sering diendapkan secara kuantitatif dengan sulfat adalah timbal dan stronsium. PbSO4 dan SrSO4 memiliki kelarutan dalam air lebih besar dibandingkan BaSO4. Untuk mengurangi kelarutan SrSO4 dapat ditambahkan alkohol.
Besi (III) Hidroksida, Fe(OH)3
Penetapan secara gravimetri dari besi melibatkan pengendapan sebagai besi(III) hidroksida diikuti dengan pemanasan pada suhu tinggi untuk menghasilkan Fe2O3. Metode gravimetri untuk penetapan besi dalam batuan didahului dengan pelarutan dalam HCl dan HNO3, kemudian ditambahkan pula brom untuk mengoksidasi besi menjadi Fe3+.
Oksida hidrat besi merupakan endapan gelatin yang sangat sulit larut dalam air(Ksp=1x10-36). Endapan kemudian dicuci dengan air yang menganndung sedikit amonium nitrat untuk menghindari peptisasi. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring bebas abu, kemudian dibakar dan dipanaskan pada suhu tinggi untuk meleepaskan semua airnya.
Kesalahan utama yang timbul dalam pengukuran disebabkan oleh terikutnya mengendap ion lain karena terabsobsi pada gel Fe(OH)3. Untuk mencegah terabsobsinya ion asing pengendapan umumnya dibuat dari larutan asam, sehingga partikel koloid yang dihasilkan bermuatan positif yang cenderung tidak menyerap kation. Besi (III) oksida, Fe2O3 mudah direduksi menjadi Fe3O4 atau Fe dengan menggunakan karbon, tetapi hasil reduksi ini dapat dikembalikan menjadi Fe2O3 dengan menggunakan asam nitrat pekat kemudian dipanaskan kembali.
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.
Metode gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:
aA + pP AaPp
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan yang sempurna.
Dalam analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel. Prosentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :
%A = (Berat A)/(Berat Sampel) x 100%
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, Sodiq, M. 2004. Kimia Analitik I. FMIPA-Universitas Negeri Malang: Malang
Putra, Tri. 2009. Analisis Gravimetri. http://hamamsite.blogspot.com/2009/10/analisis-gravimetri.html: Blogspot
Shofyan. 2010. Analisis Gravimetri. http://forum.um.ac.id/index.php?topic=23812.0: Universitas Negeri Malang
Kimia Analitik I
Disusun Oleh :
Reiny. F. Wantania
09 310 261
Pend. Kimia / A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
Di TONDANO
2011
BAB I. PENDAHULUAN
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.
Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis.
Metode Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan seara gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan.
Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius tergantung suhu dekomposisi dari analit.
Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan mengetur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.
aA +rR AaRr(s)
Penambahan reagen R secara berlebihan akan memaksimalkan produk AaRr yang terbentuk.
2. Metode Penguapan
Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah menguap.
Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 110-130 derajat celcius, garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air kristal.
3. Metode Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.
BAB II. ISI
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibaningkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
Prinsip Umum
Metode gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:
aA + pP AaPp
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan yang sempurna.
Misalnya, pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat C2O42- dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut
Reaksi yang menyertai pengendapan : Ca2+ + C2O42- CaC2O4(s)
Reaksi yang menyertai pengeringan : CaC2O4(s) CaO(s) + CO2(g) + CO(g)
Agar penetapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai sebenarnya, harus dipenuhi dua kriteria berikut: 1). Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung sempurna; 2). Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak bercampur dengan zat pengotor.
Perhitungan Dalam Analisis Gravimetri
Dalam analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel. Prosentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :
%A = (Berat A)/(Berat Sampel) x 100%
Untuk menetapkan berat analit dari berat endapan sering dihitung melalui faktor gravimetri. Faktor gravimetri didefinisikan sebagai jumlah berat analit dalam 1 gram berat endapan. Hasil kali dari berat endapan P dengan faktor gravimetri sama dengan berat analit.
Berat analit A = berat endapan P x faktor gravimetri, sehingga:
% A = (Berat Endapan P x faktor gravimetri)/(Berat Sampel) x 100%
Faktor gravimetri dapat dihitung bila rumus kimia analit dari endapan diketahui dengan tepat.
Contoh Soal
0.6025 gram sampel garam klorida dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan larutan perak nitrat berlebih untuk mengendapkan seluruh kloridanya sebagai endapan perak klorida. Setelah disaring dan dicuci, perak klorida yang dihasilkan adalah 0.7134 g. Tentukan prosentase klorida (Cl-) dalam sampel.
Penyelesaian :
Reaksi pengendapan : Ag+ + Cl- AgCl(s)
Faktor gravimetri = Ar (Cl-) : Mr (AgCl)
= 35.45 : 143.32
= 0.27
% Cl = (0.7134 g ×0.27)/(0.6025 g)×100%
= 31.97%
Faktor gravimetri ditentukan oleh dua faktor, yaitu berat molekul (atau berat atom) dari analit dan berat molekul dari endapan.
Penggunaan Analisis Gravimetri
Analisis gravimetri telah banyak diaplikasikan untuk analisis kation dari unsur-unsur yang terdapat dalam sistem periodik unsur.
Metode gravimetri dapat juga digunakan untuk analisis kuantitatif bahan organik tertentu seperti kholesterol pada cereal dan laktosa pada produk susu. Kholesterol sebagai steroid alkohol dapat diendapkan secara kuantitatif dengan saponain organik yang disebut digitonin (MR = 1214) membentuk kompleks 1:1 yang tidak larut.
Metode gravimetri bukanlah metode analisis kuantitatif yang spesifik, sehingga dapat digantikan dengan metode analisis instrumentasi modern seperti spektroskopi dan khromatografi. Walaupun demikian, masih gravimetri sering metode gravimetri menjadi pilihan karena peralatan dan prosedur pelaksanaannya yang sederhana. Analisis gravimetri masih banyak diterapkan untuk analisis konstituen makro yang menghasilkan endapan AgCl, BaSO4, Fe(OH)3.
Perak Klorida (AgCl)
Endapan perak klorida, AgCl dalam bentuk endapan yang dihasilkan dari proses koagulasi bahan koloid. Endapan perak klorida mudah disaring, dicuci dengan air yang mengandung sedikit asam nitrat dan dikeringkan. Penambahan asam nitrat dalam air pencuci dimaksudkan untuk mencegah proses peptisasi dan penguapan ketika endapan dikeringkan. Umumnya endapan AgCl disaring dengan menggunakan gelas sintered atau cawan porselin berpori, kemudian dikeringkan pada suhu 110-130C.
Proses pengendapan AgCl sangat kuantitatif, kesalahan pengukuran biasanya timbul karena terjadinya proses penguraian oleh cahaya matahari.
2 AgCl(s) 2 Ag(s) + Cl2(s)
Kesalahan karena penguraian biasanya dapat diabaikan, kecuali jika endapan terkena cahaya matahari langsung dalam jangka yang cukup lama. Kelarutan AgCl dalam air sangat kecil, sehingga kehilangan karena kelarutan dapat diabaikan. Jika dalam air terdapat basa, garam ammonium atau asam berkonsentrasi tinggi akan meningkatkan kelarutan AgCl, dan menimbulkan kesalahan pengukurannya.
Penetapan kuantitatif dalam bentuk AgCl juga dapat digunakan untuk spesi khlor yang memiliki tingkat oksidasi positif seperti ion hipokhlorit, ClO-, khlorit, ClO-2, dan khlorat ClO3- setelah direduksi terlebih dahulu menjadi Cl¬-, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan sebagai AgCl. Penetapan khlor dalam senyawa organik harus diawali dengan pengubahan menjadi NaCl melalui proses penambahan natrium peroksida, Na2O2.
Bromida, Br- dan iodida, I- juga dapat ditetapkan secara kuantitatif dalam bentuk garam peraknya (AgBr, AgI). Untuk anion yang mengandung oksigen seperti BrO-, BrO-3, IO-, IO-3, dan IO-4 harus direduksi terlebih dahulu menjadi Br- dan I- sebelum diendapkan sebagai garam peraknya.
Barium Sulfat (BaSO4)
Barium sulfat merupakan endapan putih kristalin yang sangat sulit larut dalam air, sehingga kehilangan karena proses pelarutan dapat diabaikan. Proses pengendapan dilakukan dalam suasana asam HCl 0,01 M untuk memperbesar ukuran kristal dan menghindari terjadinya bentuk padatan barium lainnya, seperti BaCO3. Kesalahan pengukuran biasanya ditimbulkan oleh terbentuknya endapan anion dan kation lain seperti khlorit dan besi (III).
Endapan BaSO4 disaring menggunakan kertas saring , kemudian dicuci dengan air panas. Dalam proses pengeringan, kertas saring harus tidak boleh terbakar karena karbon yang dihasilkan akan tereduksinya sulfat menjadi sulfida.
BaSO4(s) + C(s) BaS(s) + CO(g)
Endapan BaS dapat diubah kembali menjadi BaSO4 dengan membasahi H2SO4 dan dipanaskan. Cawan porselin berpori dapat digunakan untuk menggantikan kertas saring.
Belerang dalam bentuk lain seperti sulfida, sulfit, thiosulfat, dan tetrationat dapat ditetapkan melalui cara pengendapan setelah dioksidasi menjadi bentuk sulfatnya. Pengoksidasi yang biasa digunakan adalah permanganat. Belerang dalam senyawa organik dapat ditetapkan melalui pengendapan setelah diubah menjadi bentuk sulfatnya dengan menggunakan natrium peroksida, Na2O2. Penetapan kuantitas belerang pada bijih mineral seperti pyrite FeS2 dan chalcopyrite, CuFeS2 didahului dengan perlakuan untuk mengubah menjadi bentuk sulfat menggunakan natrium peroksida.
Kation lain yang sering diendapkan secara kuantitatif dengan sulfat adalah timbal dan stronsium. PbSO4 dan SrSO4 memiliki kelarutan dalam air lebih besar dibandingkan BaSO4. Untuk mengurangi kelarutan SrSO4 dapat ditambahkan alkohol.
Besi (III) Hidroksida, Fe(OH)3
Penetapan secara gravimetri dari besi melibatkan pengendapan sebagai besi(III) hidroksida diikuti dengan pemanasan pada suhu tinggi untuk menghasilkan Fe2O3. Metode gravimetri untuk penetapan besi dalam batuan didahului dengan pelarutan dalam HCl dan HNO3, kemudian ditambahkan pula brom untuk mengoksidasi besi menjadi Fe3+.
Oksida hidrat besi merupakan endapan gelatin yang sangat sulit larut dalam air(Ksp=1x10-36). Endapan kemudian dicuci dengan air yang menganndung sedikit amonium nitrat untuk menghindari peptisasi. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring bebas abu, kemudian dibakar dan dipanaskan pada suhu tinggi untuk meleepaskan semua airnya.
Kesalahan utama yang timbul dalam pengukuran disebabkan oleh terikutnya mengendap ion lain karena terabsobsi pada gel Fe(OH)3. Untuk mencegah terabsobsinya ion asing pengendapan umumnya dibuat dari larutan asam, sehingga partikel koloid yang dihasilkan bermuatan positif yang cenderung tidak menyerap kation. Besi (III) oksida, Fe2O3 mudah direduksi menjadi Fe3O4 atau Fe dengan menggunakan karbon, tetapi hasil reduksi ini dapat dikembalikan menjadi Fe2O3 dengan menggunakan asam nitrat pekat kemudian dipanaskan kembali.
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.
Metode gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:
aA + pP AaPp
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan yang sempurna.
Dalam analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel. Prosentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :
%A = (Berat A)/(Berat Sampel) x 100%
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, Sodiq, M. 2004. Kimia Analitik I. FMIPA-Universitas Negeri Malang: Malang
Putra, Tri. 2009. Analisis Gravimetri. http://hamamsite.blogspot.com/2009/10/analisis-gravimetri.html: Blogspot
Shofyan. 2010. Analisis Gravimetri. http://forum.um.ac.id/index.php?topic=23812.0: Universitas Negeri Malang
Selasa, 05 Oktober 2010
Destilasi
Nama: Reiny. F. Wantania
NIM : 09 310 261
Jurusan : Pend.Kimia / A
D E S T I L A S I
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Jenis Destilasi
Ada 4 jenis destilasi yang akan dibahas disini, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, dan destilasi vakum. Selain itu ada pula destilasi azeotropic homogenous.
• Destilasi Sederhana
Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
• Destilasi Fraksionisasi (Bertingkat)
Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah.
Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian destilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
Destilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya detilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.
• Destilasi Uap
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari destilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air. Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu destilat.
• Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem destilasi ini.
Destilasi vakum memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendestilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
• Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil destilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Destilasi Azeotrop, memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
Bagan perlengkapan distilasi di laboratorium
Berikut adalah susunan rangkaian alat ditilasi sederhana:
• 1. wadah air
• 2. labu distilasi
• 3. sambungan
• 4. termometer
• 5. kondensor
• 6. aliran masuk air dingin
• 7. aliran keluar air dingin
• 8. labu distilat
• 9. lubang udara
• 10. tempat keluarnya distilat
• 13. penangas
• 14. air penangas
• 15. larutan
• 16. wadah labu distilat
DESTILASI SEDERHANA
Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari cara kerja pemurnian pelarut dengan destilasi
2. Menguji kemurnian hasil destilasi
Pendahuluan :
Destilasi atau penyulingan merupakan teknik yang sangat sering digunakan dalam pemisahan campuran dan pemurnian pelarut organik. Teknik itu dilakukan dengan memanaskan cairan pada titik didihnya dan melewatkan uap cairannya melalui kondensor pendingin sehingga terjadi kondensasi menghasilkan cairan murninya.
Dalam destilasi dua cairan yang berbeda seringkali didapatkan sifat campuran cairan yang sangat berbeda dengan larutan ideal, tetapi menghasilkan suatu campuran azeotrop dengan komposisi tertentu yang mempunyai titik didih yang konstan, yang umumnya lebih kecil dari pada titik didih masing-masing zat cair dalam keadaan murninya. Dalam percobaan ini akan dilakukan destilasi dari dua campuran zat cair yang memiliki sifat larutan ideal, yaitu campuran antara heksana dan toluena.
Alat: Bahan:
Labu alas bulat heksana
Set alat destilasi toluena
Prosedur Kerja :
1. Set alat destilasi menggunakan labu alas bulat 100 atau 250 mL, hubungkan dengan sumber air, air masuk dari bagian bawah kondensor. (Asisten akan menunjukkan bagaimana menyususnnya). Jangan lupa mengoleskan vaselin pada sambungan gelas join peralatan gelas dan klemlah set distilasi itu secara benar dan aman.
2. Masukkan 60 mL campuran dua cairan di sediakan ke dalam labu alas bulat dan tambahkan beberapa butir batu didih, alirkan air pendingin dan panaskan menggunakan penangas minyak atau gliserol atau mantel listrik (asisten akan membantu). Panaskan penangas dengan hati-hati dan catat suhunya pada cairan mendidih dan saat terjadi tetesan pertama destilatnya. (Tampunglah tetesan pertama sampai ke tujuh di dalam botol kecil yang bersih dan kering dan tujuh tetes terakhir sebelum pemanas dimatikan dalam botol kecil yang lain serta catatlah suhu saat destilat tersebut and tampung. Destilat dalam dua botol itu akan digunakan untuk analisis menggunakan kromatografi gas. Asisten akan membantu bagaimana melakuklannya).
3. Tampunglah destilat dalam gelas ukur 100 mL, catat suhu pada setiap 2 mL destilat yang anda tampung dalam tabel di bawah dan hentikan pemanasan saat destilat yang diperloeh mencapai 50 mL.
No Suhu, oC Volume distilat, mL
1 Sampai 5 tetes
2 2
4 dan seterusnya
4. Perhatikan prosedur analisis dengan kromatoigrafi gas, catat langkah-langkahnya dan profil/program suhunya selama analisis.
Daftar Pustaka
http://adityabeyubay359.blogspot.com/2009/08/destilasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi
http://www.bioethanol.yolasite.com/peralatan/destilasi
http:// www-chem-is-try:org/sect=belajar&ext=destilation07-03
Penuntun Praktikum Kimia Organik 1, Team Kimia Organik Jurusan Kimia, Universitas Jember, 2007
NIM : 09 310 261
Jurusan : Pend.Kimia / A
D E S T I L A S I
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Jenis Destilasi
Ada 4 jenis destilasi yang akan dibahas disini, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, dan destilasi vakum. Selain itu ada pula destilasi azeotropic homogenous.
• Destilasi Sederhana
Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
• Destilasi Fraksionisasi (Bertingkat)
Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah.
Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian destilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
Destilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya detilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.
• Destilasi Uap
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari destilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air. Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu destilat.
• Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem destilasi ini.
Destilasi vakum memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendestilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
• Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil destilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Destilasi Azeotrop, memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
Bagan perlengkapan distilasi di laboratorium
Berikut adalah susunan rangkaian alat ditilasi sederhana:
• 1. wadah air
• 2. labu distilasi
• 3. sambungan
• 4. termometer
• 5. kondensor
• 6. aliran masuk air dingin
• 7. aliran keluar air dingin
• 8. labu distilat
• 9. lubang udara
• 10. tempat keluarnya distilat
• 13. penangas
• 14. air penangas
• 15. larutan
• 16. wadah labu distilat
DESTILASI SEDERHANA
Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari cara kerja pemurnian pelarut dengan destilasi
2. Menguji kemurnian hasil destilasi
Pendahuluan :
Destilasi atau penyulingan merupakan teknik yang sangat sering digunakan dalam pemisahan campuran dan pemurnian pelarut organik. Teknik itu dilakukan dengan memanaskan cairan pada titik didihnya dan melewatkan uap cairannya melalui kondensor pendingin sehingga terjadi kondensasi menghasilkan cairan murninya.
Dalam destilasi dua cairan yang berbeda seringkali didapatkan sifat campuran cairan yang sangat berbeda dengan larutan ideal, tetapi menghasilkan suatu campuran azeotrop dengan komposisi tertentu yang mempunyai titik didih yang konstan, yang umumnya lebih kecil dari pada titik didih masing-masing zat cair dalam keadaan murninya. Dalam percobaan ini akan dilakukan destilasi dari dua campuran zat cair yang memiliki sifat larutan ideal, yaitu campuran antara heksana dan toluena.
Alat: Bahan:
Labu alas bulat heksana
Set alat destilasi toluena
Prosedur Kerja :
1. Set alat destilasi menggunakan labu alas bulat 100 atau 250 mL, hubungkan dengan sumber air, air masuk dari bagian bawah kondensor. (Asisten akan menunjukkan bagaimana menyususnnya). Jangan lupa mengoleskan vaselin pada sambungan gelas join peralatan gelas dan klemlah set distilasi itu secara benar dan aman.
2. Masukkan 60 mL campuran dua cairan di sediakan ke dalam labu alas bulat dan tambahkan beberapa butir batu didih, alirkan air pendingin dan panaskan menggunakan penangas minyak atau gliserol atau mantel listrik (asisten akan membantu). Panaskan penangas dengan hati-hati dan catat suhunya pada cairan mendidih dan saat terjadi tetesan pertama destilatnya. (Tampunglah tetesan pertama sampai ke tujuh di dalam botol kecil yang bersih dan kering dan tujuh tetes terakhir sebelum pemanas dimatikan dalam botol kecil yang lain serta catatlah suhu saat destilat tersebut and tampung. Destilat dalam dua botol itu akan digunakan untuk analisis menggunakan kromatografi gas. Asisten akan membantu bagaimana melakuklannya).
3. Tampunglah destilat dalam gelas ukur 100 mL, catat suhu pada setiap 2 mL destilat yang anda tampung dalam tabel di bawah dan hentikan pemanasan saat destilat yang diperloeh mencapai 50 mL.
No Suhu, oC Volume distilat, mL
1 Sampai 5 tetes
2 2
4 dan seterusnya
4. Perhatikan prosedur analisis dengan kromatoigrafi gas, catat langkah-langkahnya dan profil/program suhunya selama analisis.
Daftar Pustaka
http://adityabeyubay359.blogspot.com/2009/08/destilasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi
http://www.bioethanol.yolasite.com/peralatan/destilasi
http:// www-chem-is-try:org/sect=belajar&ext=destilation07-03
Penuntun Praktikum Kimia Organik 1, Team Kimia Organik Jurusan Kimia, Universitas Jember, 2007
Langganan:
Postingan (Atom)